Di daerah Bengkulu, khususnya kabupaten Bengkulu Utara, banyak populasi ikan Sidat, Banyak nelayan menangkap ikan Sidat untuk dimakan dan dijual kembali sebagai sumber penghasilan sehari-hari. Namun cara nelayan menangkap ikan masih menggunakan cara yang tidak ramah lingkungan. Ikan Sidat ditangkap dengan menggunakan alat sentrum, dan bahan kimia berbahaya, potassium sehingga ikan yang dimakan atau dijual sudah dalam kondisi mati. Ikan yang mati saat dijual tentu saja harganya lebih murah.
Berawal Dari Rasa Prihatin dan Sadar Lingkungan
Gerakan ini berawal dari penelitian mengenai keberadaan ikan sidat yang dilakukan Randi pada 2015, saat ia masih duduk di bangku kuliah. Kala itu, alumni Jurusan Kelautan dan Perikanan Universitas Bengkulu ini melakukan survei ke beberapa sungai di Bengkulu.
Ia menemukan Penangkapan dengan metode “ceroboh” itu jelas tidak hanya mengganggu habitat, namun juga ekosistem sungai secara keseluruhan. Bukan hanya ikan sidat, yang populasinya kian menurun, ikan-ikan serta organisme lain bisa ikut terdampak akibat penggunaan kimia dan aliran listrik oleh nelayan
Melihat kondisi yang berlangsung terus menerus tersbut, padahal ikan sidat ini berdaya jual tinggi jika dijual dalam konsisi hidup. Tiga pemuda bergabung dalam Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) di Bengkulu. Mereka adalah Randi Anoma Putra, Akri Erfianda, dan Rego Damantara.
Sejak 2016, mereka menyosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional, Bubu, kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga Makmur, Bengkulu. Ikan sidat masih hidup ketika ditangkap.
Tiga pemuda ini bahu-membahu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar Kota Bengkulu akan pentingnya memelihara keberlangsungan alam melalui penyuluhan penangkapan
Mereka banyak melakukan penyuluhan dan terus berupaya mensosialisasikan penangkapan sidat dengan menggunakan alat penangkapan ikan tradisional bubu.
Tapi lebih dari sekedar mengembalikan penggunaan bubu, dalam konteks pelestarian lingkungan, sebenarnya solusi yang ditawarkan.
Penyuluhan yang dilakukan PPILAR pun tidak hanya membahas penggunaan alat atau metode penangkapan saja. Salah satu upaya agar populasi sidat dapat terus bertahan di perairan Bengkulu dilakukan dengan cara melepaskan sebagian ikan yang sudah dibesarkan kembali ke muara sungai. PPILAR ingin semua nelayan di Bengkulu pada akhirnya peduli terhadap keberlangsungan sidat dan lingkungannya.
Selain itu hal ini juga dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian alam dan habitat ikan Sidat,Selain itu untuk menjaga populasi ikan Sidat kian terancamnya
Dalam keadaan hidup, ikan sidat dihargai cukup mahal, Rp 45 ribu per kilogram. Kualitasnya pun lebih baik, dan ikan sidat bisa dibesarkan hingga layak konsumsi (200 gram).
Manfaat Ikan SIDAT
Vitamin B1, 25 kali lipat susu sapi
Vitamin B2, 5 kali lipat susu sapi
Vitamin A, 45 kali lipat susu sapi,
Kandungan seng (emas otak) 9 kali lipat susu sapi.
Kaya akan Omega 3, Omega 9, Omega
Baik seperti Minyak Ikan
Kandungan yang ada sangat membantu perkembangan otak serta berfungsi optimal pula sebagai antioksidan. Oleh karena itu ikan Sidat ini jika dikelolah dengan baik, tentu saja akan berdaya jual ekonomis.
Penolakan Dari Berbagai Nelayan
Tidak ada perjuangan yang mulus dan berjalan lancar saja, PPILAR juga mengalami banyak kesulitan, mulai dari penolakan secara lisan, ancaman, bahkan juga dengan tindakan nyata. Meski sudah diberikan penyuluhan, sebagian nelayan tetap merespons kegiatan mereka dengan penolakan. Tidak satu-dua kali, penolakan berulang kali terjadi.
Dengan memberikan penjelasan kepada mereka mengenai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal 84 memang kerap menjadi senjata ampuh.
Namun perjuangan tidak berhenti, hanya karena terjadi penolakkan dan tidak diterima oleh nelayan, mereka yakin niat baik pada waktu yang baik tentu akan diterima juga dengan baik. Hingga akhirnya para nelayan sadar dan merasakan sendiri manfaat dari metode penangkapan yang ramah lingkungan.
Upaya tak kenal lelah itu, akhirnya membuahkan hasil, puluhan nelayan yang tergabung dalam kelompok PPILAR tidak lagi hanya berada di Kota Bengkulu, namun sudah mencapai ke wilayah Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, dan Manna.
Penghasilan Nelayan Meningkat
Kini sudah 20 nelayan yang bergabung di PPILAR, 15 orang di Kota Bengkulu, di Bengkulu Utara sebanyak 2 orang, dan di Bengkulu Selatan sebanyak 3 orang. Menyusul di daerah lainnya seperti Kabupaten Seluma, Manna, Kaur dan daerah lainnya di Bengkulu.
Dengan adanya bimbingan dari mereka para petani ikan Sidat di Bengkulu dapat meningkatkan taraf perekonomian keluarga mereka. Serta bisa tetap ikut melestarikan keberadaan ikan tersebut, sehingga ekosistem juga tetap terjaga.
Rata-rata, seorang nelayan bisa menangkap 15-25 kg ikan sidat per minggu. Hal ini tentu saja bisa meningkatkan penghasilan nelayan sebab ikan yang ditangkap masih hidup dan bisa bertahan hingga beberapa hari.
PPILAR lebih banyak memberi manfaat tambahan untuk masyarakat. Terutama, aspek nilai ekonomi ikan sidat yang jauh lebih tinggi bila dijual dalam keadaan masih hidup. Pasalnya, ikan sidat yang dijual dalam keadaan mati hanya mencapai harga Rp30 ribu per kilogram, sementara sidat hidup bisa dijual sampai Rp60 ribu per kilogramnya.
Upaya PPILAR dengan memberikan pemahaman hingga mengubah pola pikir masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam adalah fokusnya. Secara tidak langsung juga bisa meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya para nelayan ikan Sidat.
Impian terbesar PPILAR adalah menjadikan ikan sidat Bengkulu menjadi komoditi ekspor. Selama ia tetap teguh dalam berkegiatan, PPILAR meyakini, pada satu hari nanti mimpinya tersebut dapat terwujud.
Ikan Sidat Mengantarkan PPILAR Mendapatkan Satu Indonesia Awards
PPILAR (Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar) merupakan salah satu penerima apresiasi Satu Indonesia Awards 2017 dari Bengkulu. Tiga pemuda bergabung dalam PPILAR sejak 2016, mereka mensosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional “Bubu” kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga Makmur Bengkulu. Tiga pemuda tersebut adalah Randi Anoma Putra, Akri Erfianda dan Rego Damantara.
Tentang SATU Indonesia Awards
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut