Assalammualaikum Wr.Wb
www.mildaini.com_ Gerakan Budaya Sensor Mandiri Bersama Lembaga Sensor Film dan Blogger Bengkulu. Hai, sobatku yang suka nonton film dan mengikuti dunia perfileman Indonesia. Kalo nonton film sering yang udah disensor atau bablas saja, hihihi. Kalo kita yang udah dewasa mungkin ga papa ya, nonton film yang ga disensor. Tapi bagaimana dengan anak-anak kita yang belum cukup umur. Penting ga sih sensor film tersebut?
Nah, pada pengen tahu kan ya. Kebetulan beberapa hari lalu (26/09/2018) Blogger Bengkulu bersama dengan Lembaga Sensor Film (LSF) menggelar acara Talk Show mengenai Budaya Sensor Mandiri Dari Lingkungan Keluarga.
Kegiatan ini digelar di Restoran Konakito, di daerah Tapak Paderi, sangat dekat dengan lokasi objek wisata Fort Marlborough dan Pantai Tapak Paderi serta Sendal Jodoh.
Sejak pukul delapan pagi para peserta yang sebelumnya sudah terdaftar seratus orang mulai berdatangan. Alhamdulillah suasana dan cuaca pagi ini cukup cerah sehingga sangat asik jika digelar acara.
Peserta datang di awali dengan mengisi absensi. Hari ini selain mendapatkan materi penting tentang Trend Film dan Nonton Orang Indonesia, Peserta juga akan mendapatkan pengetahuan seputar Sensor Mandiri yang dimulai dari lingkungan keluarga. Sebagian peserta adalah generasai milenial alias generasi zaman now yang berstatus mahasiswa, selebihnya adalah orang tua, yang terdirid ari ibu rumah tangga, pekerja, dosen, pekerja digital dan lain sebagainya.
Peserta juga akan mendapatkan, dua buah buku panduan dari Lembaga Sensor Film, Sertifikat, Snack dan Makan Siang serta kesempatan untuk menang doorprize,lomba foto live event dan ikutan lomba blog. Dengan hadiah yang menarik. Selain uang cash ada juga aneka voucher.
Sekitar jam sembilan, acara pun dimulai. Dikawal oleh Robi Shugara, Founder Cari Bengkulu sebagai Mitra Pendukung Kegiatan ini. Di awali dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ria Fasha dari Pihak Blogger Bengkulu. Kemudian ditutup dengan pembacaan do'a dari Piter Julius Vero owner Sepenggal.Info.
Setelah itu, langsung dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama dari saya sendiri, Milda Ini selaku Founder Blogger Bengkulu. Pada kesempatan ini saya akan mencoba berbagi mengenai informasi seputar Trend Film dan Nonton Indonesia.
Robi sebagai moderator, membacakan biodata singkat saya, Milda Ini
Saya kebagian sesi pertama, padat bergizi dan merayap :) |
Seorang ibu, menikah dengan tiga orang putri. Lahir dan besar di Bengkulu. Keturunan Serawai dan Rejang Kalepahiang. Milda senang menulis dan ngeblog. Saat ini ada sekitar 23 buku antologi dan 6 buku solo. Buku terbaru di tahun 2018 berjudul Smart and Happy Mom yang diterbitkan oleh Tinta Medina. Saat ini Milda sebagai Founder dan ketua blogger Bengkulu,Ketua Relawan TIK Prov Bengkulu, Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena, Penasihat Forum Lingkar Pena, Manager Blogger FLP, Koordinator Bengkulu Emak-emak Doyan Nulis.Milda saat ini bertempat tinggal di Perumahan Sopo Indah , Jalan Halmahera . Surabaya.
Materi Pertama : Trend Film dan Nonton Indonesia.
Saya mengawali materi ini dengan menyampaikan informasi mengenai 3 kebiasaan menonton orang Indonesia. Saya ambil dari hasil penelitian atau survei Neilson terhadap 429 responden, yang berusia 16-40 tahun. Dari hasil penelitian tersebut didapati
3 kebiasaan menonton orang Indonesia.
3 kebiasaan menonton orang Indonesia.
1.Ibu rumah tangga
Menghabiskan sekitar 6 jam lebih dalam sehari untuk nonton Tv di rumah. Sedangkan wanita pekerja/ karir/entrepreneur, sekitar 3-6 jam. Menonton dilakukan di rumah
2.Pria , kebanyakan nonton streaming sekitar 3 jam, sedangkan jika berada di rumah akan menonton sekitar 1-2 jam.
3.Milenial dan Pekerja
Nonton streaming sebab lebih efektif dan efisien.Para milenial dan generasi zaman now kerap nonton streaming dengan menggunakan berbagai aplikasi. Misalnya VIU untuk nonton Drama Korea. Lalu di Bioskop dan rame-rame.
Lalu, saya pun menyampaikan Kisaran Produksi Film Indonesia
Periode Januari-Maret
36 film dengan genre horor dan drama yang mendominasi. Salah satunya yang trend adalah Dilan 1990, Ghost dll
Periode April-Juni
20 film, dengan dominasi drama, horor, romatis , komedi
Salah satunya Ku Lari Ke Pantai
Periode Juli-September
Baru terdata sekitar 6 film. Salah satunya adalah Wiro Sableng
Dari periode atau sejumlah film yang saya sebutkan di atas, sebagian besar peserta menyatakan sangat mengingat film Dilan, lalu beberapa film dengan remaja romantis yang berlatar belakang shooting di luar negeri. Sebuat saja Love Story. Berbeda dengan saya, sebab waktu itu nonton bersama anak-anak. Saya sangat berkesan sekali dengan film Ku Lari Ke Pantai. Yang menurut saya secara pribadi film ini lebih anak-anak dari pada Sherina. Meski pun digarap oleh sutradara yang sama. Sumber Wikipedia.
Beberapa Trend Film Indonesia
- Berlatar belakang luar negeri
- Mengeksplor wisata/destinasi Indonesia
- Mengangkat cerita dari buku ke film
- Serial Tv ditayangkan kembali menjadi film
- Film tokoh masyarakat atau publick pigure
- Film anak-anak
- Mengabadikan sebuah peristiwa/kejadian luar biasa ke film
- Genre Drama, Romantis, Komedi, Horor
Catatan saya memberikan ulasan singkat mengenai film Horor Indonesia, terus terang saya secara pribadi turut bangga dengan perkembangan dari film Horoa kita.
- Nostalgia, bersetting masa lalu
- Konstum Vintage
- Lokasi rumah atau bangunan tua
- Piringan hitam, radio lawas, lagu klasik
- Peristiwa mistis, melibatkan sebuah keluarga
- Antagonis, penunggu, santet, sekte dll
- Berbaju keren dan tanpa menjual SENSUALITAS
Khusus bagian akhir, Sensualitas, perkembangan film horor Indonesia harus kita akui mulai kurang menonjolkan sisi Sensualitas untuk menarik penonton. Mulai banyak film horor yang 'Elegan" dan asik ditonton sekalipun ditonton oleh anak-anak. Namun saya menyatakan sebagus dan sekeren Film horor, tetaps aja ada bagian dimana hantu terlihat 'Cupu' . Hal ini kadang mengundang tawa penonton. Jadi penonton ga jadi takut, malah lucu dan ngikik saat nonton.
Materi 2 : Budaya Sensor Mandiri Dari Lingkungan Keluarga
Materi kedua ini, disampaikan oleh Ibu Noor Saadah, M.I.Kom dari Lembaga Sensor Film.Berikut ini biodata singkat mengenai pembicara kedua. Noor Saadah, M.Kom.Lahir di Banjarmasin, menuntaskan studi S1 di FISIP Universitas Airlangga, Surabaya (1986) dan S2 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (2008). Noor mengisi masa mudanya dengan berbagai kegiatan penelitian, seperti menjadi tim Riset untuk KIP (Kampong Improvement Program) oleh UNDP dan FISIP Universitas Airlangga, tim riset Semen Gresik untuk Lingkungan Hidup oleh Semen Gresik dan FISIP Universitas Airlangga.
Selanjutnya pada tahun 1991-1997, Noor pernah menjadi produser di beberapa stasiun televisi nasional. Diantaranya menjadi produser acara Warna Warni (variety show) di RCTI, Tebak Gambar (game show) di RCTI, Russian Roulette (game show) di Trans TV, Chance Of a Life Time (game show) di SCTV, Timang-Timang (magazine format) di TV7, Who Wants To Be A Millionaire di RCTI, Super Milyarder Tiga Milyar (game show) di Antv, dan sebagainya.
Sebagai ahli bahasa, Noor juga sering menjadi penerjemah freelance untuk jurnal dan artikel Pendidikan. Kemudian, Noor pernah menjabat sebagai Komisioner KPID DKI Jakarta (2010-2014) dan Staf Ahli di DPR-RI (2008-2009). Di LSF, kini Noor menjabat sebagai Anggota Komisi II, Bidang Hukum dan Advokasi.
Ibu Noor menjelaskan mengenai pedoman Literasi Film ( Panduan untuk Orang Tua dan Anak ) di awali dengan menjelaskan mengenai Sensor Mandiri.
Jadi Sensor Mandiri adalah, perilaku secara sadar memilah dan memilih tontonan. Mengapa perlu dilakukan sensor mandiri, alasannya ada beberapa di antaranya adalah
Bunda Noor sedang memberikan materi yang kece, bermanfaat dan tentunya penting |
Ibu Noor menjelaskan mengenai pedoman Literasi Film ( Panduan untuk Orang Tua dan Anak ) di awali dengan menjelaskan mengenai Sensor Mandiri.
Jadi Sensor Mandiri adalah, perilaku secara sadar memilah dan memilih tontonan. Mengapa perlu dilakukan sensor mandiri, alasannya ada beberapa di antaranya adalah
- Perkembangan dan Perubahan Teknologi
- Revolusi Digital
- Konversi Teknologi
- Konvergensi Media
- Perubahan Akibat Perkembangan Teknolgi
Memilah dan Memilih Tontonan
- Film untuk usia Berapa
- Film tentang apa
- Bagaimana gambar, adegan,dialog dan suara dalam film
- Adakah hikmah yang dapat diambil dari film
Hal-hal yang pelu diawasi di dalam film
- Tidak menghina, melecehkan , menodai, menistakan dan bertentangan dengan Pancasila, UUD Tahun 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Lambang atau Simbol Negara.
- Tidak mendorong seseorang melanggar hukum
- Tidak mendorong perilaku permisif yang dapat merusak ketahanan busaya bangsa
- Tidak mendorong perilaku konsumtif
Lalu Ibu Noor juga menambahkan penjelasan mengenai kategori klasifikasi usia yang telah ditetapkan oleh lembaga sensor film berdasarkan Undang-undang no 33 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2014 ada SU ( Semua umur), 13+ (Penonton usia tiga belas atau lebih, 17+ penonton usia tujuh belas atau lebih dan 21+ penonton usia 21 atau lebih.
Untuk penjelasan secara keseluruhan bisa dibaca kembali di dalam buku panduan yang dibagikan oleh Lembaga Sensor Film kepada peserta.
Setelah penyampaian materi dan dibukanya sesi tanya jawab dua sesi. Moderator selanjutnya memberikan hadiah doorprize kepada para peserta. ada tiga orang pemenang. Satu orang diambil dari list kehadiran peserta, satu dari kupon yang dikumpulkan oleh peserta dan terakhir diambil dari peserta dengan pertanyaan yang paling berkesan. Untuk hadiah terakhir ini dipilih langsung oleh Bu Noor.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan souvenir, saya mewakili orang Bengkulu atas nama Blogger Bengkulu menyerahkan bingkisan yang berisikan snack atau camilan khas Bengkulu. Lalu dari Lembaga Sensor Film menyerahkan satu buah plakat dan piagam sebagai kenang-kenangan. Saya menerima. Setelahnya acara selesai dan dilanjutkan dengan peserta dan panitia makan siang.
Terima kasih ya tim Hebat Lembaga Sensor Film sudah datang dan berbagi ilmu dengan kami, masyarakat Bengkulu. Informasi ini sangat bermanfaat bagi kami semua. Salam, Milda Ini