Alhamdulillah, Saya Melahirkan Normal dan Spontan
Saya masuk IGD rumah sakit Ummi Bengkulu ini sejak jam 24.00 pas pergantian hari dari tanggal 14 Mei menuju15 Mei. Akan menjadi kado yang imdah bagi ultah saya jika debaynya lahir pas di tanggal 15 Mei. Ultah kami akan samaan ya.
Masuk rumah sakit juga karena bu bidan sedang sakit. Akhirnya terdamparlah di sini. Setelah melakukan pendaftaran dan pemeriksaan di IGD, kami lanjut ke ruang bersalin.
Ternyata mendaftar melahirkan di rumah sakit dengan kartu BPJS sangatlah mudah dan cepat.
Kontraksi masih lambat, sekitar persetengah jam. Saya memilih duduk di luar saja sembari bercerita dengan suami. Di dalam di kanan saya ada pasien usai di kuret, sedang rame dikunjungi. di sebelah kiri, seorang ibu yang sudah siap menunggu mau melahirkan. Menunggu dokternya datang.
Ruangan atau tempat tidur bersalinnya dibuat berjejer tiga, hanya dipisah dengan menggunakan tirai tebal. Memang tindakan di sebelah tidak terlihat, hanya terdengar suara saja. Tapi hal ini membuat saya kurang nyaman.
Tak berapa lama saat saya duduk di luar dokternya datang dan ibu sebelah kanan itu melahirkan. Anaknya cewek. Keluarganya yang menunggui di luar bersorak girang dan berucap syukur. Hari baru bergerak menuju angka dua dini hari.
Saya mulai terasa lapar, kemudian suami membelikan nasi goreng. Kami duduk di saung sambil makan. Saya hanya makan setengah dari porsi yang ada. Lalu saya pamit kepada suami.
Sekitar jam 3 dini hari. Saat itu, pasien sebelah kanan sudah dipindahkan ke kamar perawatan. Saya memilih tidur. Kontraksi semakin teratur dan terasa.
Usai subuh suami datang membangunkan. Dia ternyata tidur di mobil. Lalu saya diperiksa dalam kembali oleh bidan. Ternyata pembukaannya baru jalan tiga menuju empat.
Kata bidan, akan tetap ditunggu secara alamiah sampai dengan jam sepuluh pagi. Jika pembukaan bertambah maka akan dilanjutkan dengan pimpin bersalin. Tetapi kalo lambat maka akan dilakukan tindakan memberikan rangsangan bertahap. Tetapi kalo sudah diberikan rangsangan belum juga lengkap pembukaannya maka akan dilakukan operasi.
Mendengar hal tersebut, artinya masih lama. Kami ijin kepada bidannya untuk makan lontong. Saat itu kontraksi tetap saja terjadi. Jam enam pagi kami bergegas menuju Simpang Padang Harapan. Kami makan lontong dan minum teh di dekat SD Negeri 20.
Tak lama, karena kuatir dicari ama bidannya. Kami balik lagi ke kamar. Saya ingin mandi saja sembari menunggu bertambahnya kontraksi.
Pasien di sebelah kiri saya bersiap akan pulang. Artinya tinggal saya sendiri. Saya lanjut mandi.
Usai mandi, di atas tempat tidur saya sudah tersedia sarapan pagi. Wah, suami saya juga kaget. Dikira gak dapat makan karena pake BPJS, hihihi.
Saya memutuskan untuk makan sop baksonya dan minum tehnya saja. Bubur nasinya tak saya sentuh. Saat itu kontraksi semakin terasa dan teratur. Saya merasa lebih segar dan siap setelah mandi. Wangi juga, jadi lebih nyaman.
Jam delapan bidan jaganya pamit pulang. Tugas diserahkan kepada bidan selanjutnya.
Sekitar jam sembilan , bidannya ijin mau melakukan pemeriksaan dalam lagi. Ternyata sudah pembukaan tiga jalan empat.
"bu, nanti kita lihat lagi di jam sepuluh ya, jika ada kemajuan sampai lima. Maka kita akan lanjut dengan memberikan suntikan rangsangan lewat inpus."
Saya dan suami setuju.
Tepat jam setengah sebelas, setelah dilakukan pemeriksaan dalam kembali dan di pasang infus. Akhirnya saya disuntik rangsangan yang dimasukan ke botol infus. Dengan tetesan pelan dan dosis setengah ampul atau botol saja.
Kontraksi semakin bertambah menjadi persepuluh menit. Saya mengalami kesakitan yang lebih sering.
Lalu di jam setengah dua belas, tetesan semakin dipercepat. Saya mengalami kesakitan yang lebih sering perlima menit. Pembukaan kian bertambah cepat,
Bidannya segera menelpon dokter memberitahu dan berharap dokternya segera datang.
Kian ke sini, konstraksi kian cepat. Saya sudah tak bisa menahan dan akhirnya saya mengerang kesakitan. Jika sebelumnya setiap kontraksi datang saya mencoba menahan, menikmati dan banyak berdoa. Kesakitan kali ini saya mengeluarkan suara, harapan dan keluhan rasa sakit.
Ayo dek, cepat keluar, Meme udah gak kuat lagi, ucap saya. Suami memeluk dan membacakan doa. Lebih tepatnya mengajak dan memimpin saya untuk membaca doa. Rasa sakit ini sangat luar biasa. Tak ada rasa sakit yang lebih sakit dari rasa sakit mau melahirkan.
Meski kehamilan keempat, rasa sakit ini tak mampu saya tahan dan lukiskan. Saya tak mampu melewatinya dengan senyum. Saya meringgis sakit sekali.
Saya tahu jika sudah sampai di rasa sakit ini, maka bayi akan segera keluar dan pembukaannya sudah lengkap.
Bidan memberitahu dokter, bahwa pembukaan sudah lengkap dan ketuban belum pecah. Dari telpon tersebut, dokter menyarankan untuk segera dilakukan tindakan pemecahan ketuban.
Semenit kemudian, dokternya muncul. Ketuban dipecahkan. Sedetik kemudian air mengalir deras seperti banjir bah, bayi ikutan keluar. Terdengar suara bayi menangis.
"bu jangan mengedan, tunggu sebentar!"
"Saya tidak mengejan" jawab saya sembari berpegangan tangan ke tiang tempat tidur.
Lalu keluar plasenta dan yang lain-lainnya. Suami segera memeluk dan memberitahu bahwa bayi sudah lahir selamat.
Tinggal lagi dokter melakukan pemijatan , menekan perut saya, memastikan bahwa semua sudah keluar dan tak ada yang tertinggal.
Tak perlu ada jahitan karena tidak ada robekan.
Saya dibersihkan oleh bidan dan debaynya dibersihkan. Dedeknya perempuan dengan bb 3,1 kg.
Suami segera membacakan azan dan iqomat. Saya terucap syukur alhamdulillah seiring dengan perginya rasa nyeri.
Saat membersihkan dan membereskan saya. Bidannya sempat bercerita kalo dia tadi belum sempat memakai sarung tangan. Sedang bidan satunya pakai karena habis memecahkan ketuban. Makanya tadi diminta untuk menahan mengejan, dokternya juga baru saja masuk ruangan.
"maaf saya tadi tidak mengejan. dan tak bisa menahan. usai keuban dipecahkan seolah terjadi banjir badang. semua ikut tersapu keluar." jelas saya sambil tersenyum geli.
Alhamdulillah , semua prosesnya dimudahkan. Berbeda dengan proses melahirkan sebelumnya. Saya harus melakukan proses latihan mengejan terlebih dahulu. Dan diminta mengejan beberapa kali supaya bayi keluar. Sempat salah juga saat mengejan. Tapi kali ini tidak. Terima kasih ya Allah.
32 comment
Selamat ya Mbak. Duuh, ikut senang. Semoga bayi dan ibunya sehat selalu yak. Betul Mbak, biasanya sih bidan/susternya suka cerewet, ngelarang kita mengejan sebelum waktunya. Karena katanya sih bisa memperlambat pembukaannya. Entahlah. Cuma memang keinginan mengejan semakin kuat saat menjelang bukaan 10. Hihihi. Saya bilang sih itu mules yang supeer supeeer gila. Mana disuruh nahan.
BalasHapusiya mba, emang saya juga wkatu itu mana cemas, bingung, sakit.....gak bisa nahan. padahal jelas saya gak ngeden...itu bayi keluar dibawa ama air ketubannya.
HapusSelamat ya mba...membaca tulisan ini serasa ikut merasakan 'nikmatnya melahirkan", tapi segera terbayar denger tangisan bayi kita ya...
BalasHapusalhamdulillah mba, meski sakit banget...emang terbayar pas sudah tahu bayinya sehat, lucu dan selamat...luar biasa. semoga anak2 kita menjadi anak yang shalih
HapusBarakallah ya mbaaa.. Selamat menyusui :):)
BalasHapusBtw, saya jadi ingat cerita melahirkan saya dulu. Duh linu linu linuuu..
Kapan2 jadi pengen nulis di blog hehhe..
Alhamdulillah ga pake jaitan ya mba.. :)
alhamdulillah
Hapuslagi menyusui dan menikmati fase bengkak, hehehe
iya, gak dijahit dan in sya Allah aman. semoga kami sehat selalu ya
Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ya? :) Tanggal lahirnya sama dengan ibunya. :) Saya kemarin operasi.
BalasHapusiya, lahamdulillah ya mba
Hapushahaha, kebetuan yang luar biasa
gakpapa mb nisa, yg penting sehat ya
Barakallah mba,
BalasHapussemoga ibu segera pulih dan sehat
aamiin, iya mba semangat
HapusTegang bacanya mbak.. Btw, selamat atas kelahiran dedeknya ya.. ;)
BalasHapushehehe, saya juga tegang bgt mba
Hapusterima kasih ya
alhamdulillah..wah prosesnya lancar sekali..moga bayinya sehat terus
BalasHapusalhamdulillah, ma kasih doanya mba
HapusMba Mildaaa, alhamdulillah ya sehat selamat ya persalinanya. Ikut bahagia, mbaaa. Aku selalu kagum jika ada yang melahirkan normal :) Sehat2 selalu mbaa
BalasHapusiya, alhamdulillah sehat......kalo ingat pas mau melahirkannya, duh aduh deh
HapusMasyaallah luar biasa sekali mbaakk.. alhamdulillah dimudahkan, barokallah.
BalasHapusbtw, rasanya kontraksi itu seperti apa ya mbak? hehe
iya, lahamdulillah
Hapuskontraksi itu, sakitnya kayak kalo kita sedang disminore, nyeri saat datang bulan. tetapi konstraksi atau his ini frekuensinya teratur dan makin lama jaraknya makin pendek
Saya ikut deg deg an bacanya, Mbak. Alhamdulillah ya bisa normal. Saya jadi ingat dulu pas bukaan dulu semangat puol buat jalan2. Jam 8 malam bukaan 2, jam 4 subuh sudah bersih Mbak. Tapi sayang, kata bu bidan kulit saya terlalu tebal jadinya harus dijahit.
BalasHapuswah, kenapa harus dijahit ya. lalu apa hubungannya ama kulit tabl dan harus dijahit
Hapuswah pengalamannya luar biasa, makasi sudah berbagi. saya termasuk ibu yang melahirkan dengan mengejan dan dijahit,walau normal dua2 nya, tetap saja sakit diobrasnya :)
BalasHapusiya dong saya, pasti sakit banget
Hapusalhamdulillah ya mba, saya juga pengen lahiran normal tapi sebelumnya sesar
BalasHapusinsya Allah pasti bisa mba
HapusSelamat ya mbak.. Alhamdulillah sehat walafiat semua :-)
BalasHapussemoga menjadi anak yg baik sholeh dan nurut sama org tua..
aamiin, terima ksih ya doa indahnya
HapusWaduuh mbak, baca tulisannya, kok jadi kebayang mulesnya. Padahal saya merasakan mules luar biasa seperti itu, 9 tahun yang lalu hi..hi..
BalasHapusBTW, selamat atas kelahiran putrinya ya mbak, seru ya.. bisa ngerayain ultah bareng :)
hihihi, hayoo mulai lagi mba
HapusAlhamdulillah... Barakallah ya, Mbak. Semoga ibu dan baby selalu sehat...
BalasHapusaamiin, allahumma aamiin
HapusDuuh.. saya jadi degdegan dan keingat waktu diinduksi :)
BalasHapusAlhamdulillah dimudahkan ya Mba.. :) jadi kesampaian nih ultah bareng dedeknya.. hihi
iya, alhamdulillah banget diberikan banyak kemudahan
HapusTerima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin