Mildaini.com. Cuaca
malam minggu kali ini sangat cerah, semilir angin berhembus pelan. Di langit
mulai nampak bulan dan bintang yang sedang bercengkrama.
Saya memandang tinggi ke atas langit,
indah sekali ciptaan Allah, meski terlihat jauh. Keindahannya tetap dapat saya
nikmati. Bahkan cahaya beningnya mampu menerangi jejak tapak kaki saya.
Setelah salat Magrib berjamaan di
rumah, saya mengusulkan kepada Baba untuk mengajak anak-anak bermain di pantai
Panjang.
“Ai, ngapain malam-malam ke pantai. Di
sana pasti banyak ketemu anak muda yang sedang nongkrong dan pacaran aja” elak
suami
“Kita kan bisa pacaran juga Ba” senyum
saya menggoda
Nawra dan Athifah , tertawa
berbarengan. Saya tahu mereka berdua pasti mendukung ide saya untuk ke pantai.
“Kita akan naik kereta lampu di sana
Ba, kalo malam hari lebih asik karena akan terlihat lebih indah saat lampunya
mulai menyala “ jelas saya
“Horee...naik kerata malam eh, kereta
lampu” teriak Nawra
Lalu kami segera berangkat, saya menyiapkan
satu botol minuman. Ini selalu saya bawa. Meski di mobil juga selalu ada
minuman kemasan yang kami siapkan. Kemudian ada sedikit cemilan dari sisa acara
di masjid siang tadi. Ada risoles dan stik keju. Lumayanlah.
Kami berangkat ke pantai Panjang yang
hanya berjarak sekitar dua kilo meter dari rumah. Ya, paling lama sepuluh menit
berjalan pelan menuju ke sana dengan kendaraan pribadi.
Kami mulai dengan rute, rumah Tengah
Padang – terus ke simpang Jamik- jalan Suprapto- simpang lima (Ratu Samban)-
simpang Penurunan Belok Kanan- Hotel Horison – pantai Panjang.
Setelah parkir mobil, sudah terlihat
dari tempat kami berjejer kereta lampu dengan cahayanya yang terang dan indah.
Athifah pun berisik tak tentu.
“ Apa itu Me, adek mau naik itu...ayo
Ba kita ke sana” ucapnya cadel, menggemaskan.
Kami pun menyeberang. Bergegas
memilih. Ada banyak pilihan bentuk dan kreasi kereta lampunya. Ada bentuk
binatang, seperti gajah, burung, ikan, ayam. Lalu ada bentuk mobil, bentuk
pesawat, helikopter. Banyak pokoknya. Saking banyaknya bikin bingung untuk
memilihnya.
Akhirnya, pilihan anak-anak jatuh pada
bentuk burung. Si abang penjaga kereta mengeluarkan keretanya. Kami naik dan
mencobanya. Ternyata ada sedikit ketidaklancaran saat mencoba, sehingga kami
memutuskan untuk mengganti dengan bentuk lain. Pilihan selanjutnya jatuh pada
bentuk Helikopter.
Anak-anak sebenarnya ingin naik kereta
yag berbentuk mobil. Karena dilengkapi dengan musik. Sehingga lebih asik. Anak-anak
kan suka yang gemuruh dan riang, apalagi kalo yang distel lagunya anak-anak.
Kereta bentuk ini relatif lebih aman
dan nyaman. Alhamdulillah, kami pun bergegas naik. Saya juga merekomendasikan
bentuk ini karena di bagian depan, ada tempat duduk khusus anak balita yang
mirip lingkaran, sehingga lebih aman bagi anak dan terjaga. Badan anak masuk
dan duduk di dalamnya sehingga resiko terjatuh bisa dikurangi.
Kereta lampu ini berjalan sama seperti
cara kerja sepeda. Jadi harus dikayuh, layaknya kita menggunakan sepeda. Letak
pedal sepedanya di bagian belakang. Di salah satu pedalnya ada stir yang dapat digunakan untuk
mengendalikan sepeda dan dilengkapi dengan rem.
Karena saya lagi hamil, yang mengayuh
sepeda akhirnya Baba dan kakak Nawra. Alhamdulillah bumil duduk manis saja di
bangku paling tengah. Di bagian depan sudah ada adek Athifah.
Rute perjalanannya lumayan jauh. Ke
arah kanan sampai ke depan restoran Pangsit Tris lalu belok lagi sampai
mendekati Mall BIM. Lalu belok lagi , turun di tempat kita naik tadi.
Kami mengayuh dengan santai, mengikuti
kekuatan Baba dan Nawra. Sesekali kami berhenti. Di depan dan di belakang kami
juga banyak kereta lampu yang sedang melaju. Mereka sama riangnya dengan kami, sesekali
kami saling menyapa dan melempar senyum.
Di sepanjang perjalanan banyak sekali
para pedagang. Kami bisa sekalian mampir misalnya untuk membeli bakso bakar,
jagung bakar, aneka minuman dan barang-barang lainnya.
Jadi, ketika kita menggunakan kereta
malam ini, tidak diberikan waktu tetapi rute, hehehe. Maklum deh, kita kan
mengayuh sendiri keretanya. Tentu saja kekuatan setiap orang pasti berbeda ya.
Pada
setiap kereta menggunakan empat ban. Seperti kereta kami, menggunakan empat ban,
di bagian depan dua. Belakang dua lagi. sehingga jalannya lebih seimbang dan
mudah.
Pada saat menggunakan kereta malam
ini, bagian yang tersulit adalah saat belok, tidak semua orang bisa
melakukannya. Termasuk Baba Nawra. Apalagi kita kan berjalan di jalan raya,
tentu saja ada kendaraan lain selain kita. Ada motor dan mobil yang lalu
lalang. Semua juga bisa bikin tambah takut.Tetapi gak usah kuatir, di setiap
kita akan belok petugas kereta malamnya juga sudah siap siaga membantu kita
untuk belok. Mereka membantu dengan menarik bagian depan kereta dan segera
membelokkannya. Ya, secara manual saja. Terus kita lanjutkan kembali mengayuhnya,
hehehe.
Oh, ya harga sewa satu kereta ini
empat puluh ribu rupiah. Harga sewa tidak tergantung jumlah orang yang akan
naik keretanya. Tetapi dihitung per satuan keretanya.
Ada satu kereta hanya dinaiki oleh dua
orang dewasa dan satu anaknya. Ada kereta yang dinaiki oleh empat orang dewasa.
Kalo yang dewasa semua, enak ni mereka bisa saling bergantian mengayuhnya. Satu
kereta paling banyak bisa mengangkut sekitar empat orang dewasa dan dua
anak-anak.
Jika dihitung dengan waktu, sebuah
kereta digunakan bisa menghabiskan waktu antara setengah sampai empat puluh
menit. Kami menghabiskan waktu untuk bermain kereta ini sekitar empat puluh
menit.
Tak terasa, hari sudah mendekati jam
setengah sembilan malam, kami pun bergegas untuk pulang. Sebelum pulang kami ingin
makan Pecel Lele dulu.
Kami sangat menikmati dan senang naik
kereta lampu ini, menambah kasih sayang, keakraban dan kehangatan di dalam
keluarga. Menumbuhkan rasa perhatian, saling peduli dan kerjasama. Hiburan dan
liburan yang murah tetapi sangat mahal untuk sebuah kebersamaan dan
keharmonisan sebuah keluarga.
“Lumayan pegal, bikin lapar juga”
jelas Baba
“Masa itu aja pegal Ba, habis jarang
olahraga sih”elak saya
“Yah, Meme kan enak , cuma duduk aja.
Pegal kaki Wa, capek mengayuhnya”
“Iya, apalagi bawak bumil yang gendut,
gemporlah”
Kami semua terkekeh. Iya, saya kan
lagi hamil jalan tujuh bulan dengan bobot sekitar 75 Kg. Lumayan berat juga
kan, hehehe.
Oke deh, kita makan dulu sebelum
pulang, biar nanti tidurnya pada pulas, hehehe.
4 comment
di kota saya, ada pantai yang ramenya hanya pada sore hingga malam hari, namanya pantai kamali :)
BalasHapussenangnya bisa jalan-jalan di malam hari :)
wah, kok bisa ya Mb, hehehe
Hapuskalo di sini paling kalo ada acara aja atau malming
Halo mbak salam kenal ya. Wah ini kalau di Wates, Yogya, namanya becak hias. Setiap pulkam, kamis elalu menyempatkan bawa anak-anak naik ini. Kalau di Wates sewanya 20,000 per satu putaran alun-alun.
BalasHapusmurah banget sewanya Mba
HapusTerima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin