Waspada Penyakit Pamer ‘ FoMo’ di Sosial Media Fesbuk, Twitter, Instagram, BBM
Foto Koleksi Tempo |
Beberapa hari lalu saya membaca salah satu tulisan temannya , biasa kami menyapanya Kang Arul, seorang
Blogger dan Dosen. Dalam tulisan tersebut beliau menjelaskan mengenai suatu
gejala baru yang menjangkiti seseorang pemain sosial media. Dalam hal ini beliau
lebih menekankan hal tersebut terhadap Blogger. Yaitu penyakit selalu ingin
update (sindrom tak mau ketinggalan )
Saya menyimpulkan dari sisi lain setelah membaca tulisan beliau yang cukup
panjang tersebut. Bahwa sindrom selalu mau up date dan tak mau ketinggalan
tersebut merupakan salah satu tingkah pola suka pamer dan ikut-ikutan yang
merupakan salah satu gelombang yang pasti menimpa seseorang pengguna sosial
media. Saya lebih menekankan kepada pengguna Fesbuk, Twitter, Instagram, BBM.
Mengapa dengan pengguna sosial media ini. Ya, karena hampir semua orang
mempunyai akun tersebut. Dari anak-anak, orang dewasa sampai orag tua. Aplikasi
ini pun sangat mudah digunakan dan tak perlu pengetahuan atau latihan khusus.
Berbeda dengan pemain Blogger. Mereka harus mempunyai ilmu yang lebih untuk
bisa bermain Blog.
Apalagi aplikasi ini mudah sekali kita temui di semua tipe gagjet. Mau yang
mahal, menengah bahkan yang murah pun menyediakan aplikasi tersebut. Sehingga
semua lapisan masyarakat bisa menggunakan dan dapat di akses di mana-mana.
Hanya dengan koata minim pun sudah bisa loding. Menjelajah kemana-mana.
Nyetatus, uplod foto, video, komen dan lain sebagainya.
Penyakit suka pamer , sindrom gak mau ketinggalan di sosial media itu
disebut juga FoMO singkatan dari Fear
of missing out atau bahasa sederhananya sindrom takut kehilangan
(ketinggalan). Penyakit ini sudah mulai ramai dibincangkan di antara peneliti
media sosial, terutama prilaku penggunannya. Uniknya pengidap FoMO tidak sadar
apa yang hilang dari dalam dirinya. Yang pasti ia tidak bisa menguasai diri
atau merasa ketakutan apabila ada orang lain mendapatkan sesuatu atau
berprestasi dan mengumumkannya di media sosial.
Sebagian orang ingin memberitahu tentang segala sesuatu lewat sosial media,
tetapi di sisi lain sebagian besar malah apa yang dilakukan dengan alasan ingin
‘memberitahu’ sudah berubah menjadi keinginan untuk pamer atau pandir tentang
segala sesuatu. Jadi ya, meski mirip-mirip. Keinginan untuk pamer tersebut yang
harus bisa kita kendalikan dan kuasai.
Ini saya ambil dari tulisan temannya mengenai Definisi FoMO menurut kamus
Oxford:
Dalam kajian Psikologi, FoMO merupakan level terendah kebutuhan psikologis
akan kepuasan dan sekaligus pengakuan akan kepuasaan itu. Teori ini dekat dengan
kajian tentang Teori Determinasi Diri (self-determination theory) yang
menurut tulisan dari Deci & Ryan (1985) teori ini muncul dari kondisi
psikologis di mana seseorang membutuhkan pengakuan dari orang-orang yang
sebenarnya tidak terelasi atau terkoneksi dengannya.
Sebuah riset bahkan menyebutkan bahwa kondisi FoMO muncul karena kurangnya
kebutuhan psikologis seperti cinta dan penghormatan. Di dunia perbloggeran,
kondisi ini bisa muncul karena adanya rasa iri terhadap blogger lain dan
mengira bahwa capaian-capaian tersebut adalah sebuah standar sehingga harus
juga dipenuhi.
Apakah FoMO
berbahaya? Secara psikologis sebenarnya hal ini bisa membahayakan. Bahkan
menurut Catherine Chen, Ph.D maupun Gabriel Mizrahi FoMO bahkan bisa ‘membunuh pengidapnya. FoMO yang
akut bisa menyebabkan depresi dan menimbulkan penyakit mental lainnya.
Lalu, kita
harus bagaimana donk bersosial media. Ya tetap saja menggunakan sosial media
seperti selama ini. Tetapi jika sudah terjangkit FoMo, jika masih bisa
disembuhkan yang lebih baik. Jika tidak bisa disembuhkan, ya dikurangi deh
supaya gak mendalam, heheeh.
Saran saya
tetaplah bijak dalam menggunakan sosial media. Toh, aplikasi ini diciptakan
juga banyak sisi baiknya bagi kehidupan kita. So, ambil sisi baiknya, buang
sisi buruknya. Banyak-banyak bersyukur dengan menjalankan banyak kegiatan
ibadah. Bukan dengan mengumbarnya ke sosial media. Membagikan kebahagian itu
baik, tetapi alangkah lebih baik membaginya dengan orang-orang yang memang
membutuhkan , jadi tidak salah sasaran. Dengan banyak beribadah semoga dapat
membuat hati kita selalu bersih dan
terhindar dari sifat ingin pamer.
So, Semangat ya
bersosial media, bagikan kebahagianmu kepada orang-orang yang membutuhkan dan
tepat. Dan tak perlu mengumbar rasa syukur tersebut secara berlebihan ke sosial
media tanpa tindakan yang nyata untuk berbagi secara langsung terhadap sesama.
4 comment
Setuju sekali mbak. FoMo udah jadi trending topic deh. Hhhhe
BalasHapusSikapi dg postink sajalah. Hhhhee
Trimakasih utk sharing nya ya mbk.
Bisa buat cerminan diri juga hhee
Iya, gunakan seperlunya. Gak semua hal harus kita tukis di status kan. Semoga kita bisa lebih bijak dan gak suka pamer
BalasHapusPamer dan memberi semangat untuk diri sendiri itu beda tipis. :) Tergantung pemikiran orang
BalasHapusOh, begitu ya Mb. karena bedanya tipis. mana yang paling sering terlihat akhirnya
HapusTerima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin