Beberapa hari ini
Nawra hampir selalu menggoyang-goyangkan telinganya dengan tangannya. Bahkan kadang
dia terpaksa menekannya agak keras. Gatal sih keluhannya.
Pernah
juga dia minta saya membersihkan telinganya dengan cutton bud, tetapi waktu itu
saya tidak membersihkannya dengan cutton bud saya ganti dengan menggunakan
pingset telinga. Jadi kotorannya langsung tertarik keluar.
Memang
benar, ada tumpukan kotoran di telinga Nawra. Saya cium, tak bau. Seperti bau
kotoran telinga biasanya. Setelah itu Nawra agak mendingan, tidak gatal lagi
Yang
bikin heran, kejadian ini hampir sering terjadi, kadang sore atau malam sebelum
menjelang tidur.
Saya
pernah mengatakan “Mungkin karena Kakak gak mandi sore jadi kotorannya
menumpuk. Coba rajin-rajin mandi”
Dia
terkekeh, “Emang kalo mandi dalam telinganya disiram-siram dan diaksih sabun ya
Me, kan gak boleh”
Saya
ikutan terkekeh, benar juga sih. Lalu masalahnya apa. Saya jadi bingung.
Ketika
dia tidur saya memeriksa telinga Nawra dengan senter, supaya lebih jelas dan
terang. Saya mau melihat apa yang terjadi di lubang telinganya. Apa mungkin ada
serangga yang masuk dan terperangkap.
Saat
itu saya lihat di liang telinganya hampir merah-merah. Ini mungkin karena Nawra
sering menggosok-gosok dan menggoyang-goyangkan telinganya , dia gak sadar
melakukannya karena gatal.
Wah,
ini tida bisa dibiarkan, nanti bisa bahaya. Apalagi sudah terlihat merah-merah.
Saya takut kena iritasi dan infeksi. Bisa gawat. Lubang telinga kan kecil.
Kemudian
saya ceritakan hal ini sam Babanya anak-anak. Akhirnya kami memutuskan untuk
membawa Nawra ke dokter spesialis THT.
Nawra
sempat menolak dan mengaku sudah gak gatal lagi, ketika tahu rencana kami untuk
membawanya ke dokter tersebut. Memang tidak terlihat dia menggaruk telinganya
beberapa hari. Tetapi di hari berikutnya, dia mulai mengeluh lagi. Gatal, sakit
dan sedikit pusing.
Kadang-kadang
untuk mengurangi rasa gatalnya, saya mengoleskan di belakang telinganya, minyak
telon. Ya, itu dapat membantu sesaat untuk menghilangkan rasa gatal. Hanya sebentar.
Kami
mulai mencemaskan Nawra, jadi sore itu tanpa babibu lagi. kami langsung
mendaftarkannya ke dokter THT dan dia akhirnya menurut saja karena mungkin
sudah jenuh dengan rasa gatalnya.
Dengan
santai dokternya menghadapi kami. Beliau tersenyum dan menanyakan apa keluhan
Nawra. Dengan tersenyum dia menyapa Nawra ramah.
Saya
menjelaskan keluhan yang di alami Nawra kepada dokter dengan seksama. Dokternya
kembali tersenyum. Di atas kepalanya terpasang senter untuk membantu menerangi
saat memeriksa pasien.
Nawra,
hanya terlihat malu-malu dan membalas senyuman dokternya kecut. Keliatannya dia
mulai cemas. Apalagi saat diajak dokter untuk duduk di kursi pesakitan, hehehe.
Nawra
menolaknya, kemudian dokter minta dia melepaskan jilbabnya. Nawra menolak lagi.
“Ya,
sudah dipangku ama Baba aja ya Kak, biar nyaman” saran saya
Nawra
diam saja. Babanya menariknya dalam pangkuannya.
“Gak
sakit kok, cuma sebentar aja. Biar kita lihat apa yang ada di dalam lubang
telinganya”terang dokternya sambil tersenyum.
Akhirnya,
setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan kotoran hampir sebesar kismis di dalam
telinga Nawra. Dokter meletakkannya di dalam sebuah wadah, sehingga kami semua
bisa melihatnya.
“Boleh,
kalo mau dibawa pulang. Buat kenang-kenangan” ucap dokter guyon.
Saya
terperangah sekaligus lega, inilah yang membuat Nawra selalu merasa gatal dan
suka menggosok-gosok telinganya. Gede banget kotorannya, sudah berapa lama ya.
Tindakan
yang dilakukan hanya seian menit tetapi efeknya sangat besar bagi kesehatan
telinga Nawra.
Menurut
dokter, memang tipe telinga Nawra yang tidak bisa mengeluarkan kotarannya
sendiri. Jadi harus dibantu dengan alat. Tetapi tidak boleh dengan cutton bud. Dokter menyarankan agar
telinga Nawra dilakukan pemersihan dengan alat THT secara berkala, misalnya
setiap tiga bulan, enam bulan atau setahun sekali. Hal ini untuk menghindari
terjadinya penggumpalan kotoran.
Akibatnya
jika tidak dibantu untuk dikeluarkan, bisa membuat pekak atau tuli karena
lubang telinga sudah tertutup kotoran.
Saat
itu dokter juga membersihkan telinga yang sebelahnya lagi. Dokternya juga
menyarankan agar saat membersihkan kedua telinga harus sama-sama dibersihkan.
Kami
pulang dengan perasaan lucu, membayangkan segede itu kotoran telinga Nawra. Kami
tertawa-tawa dan tersenyum-senyum di sepanjang jalan pulang.
Biaya
ke dokter THT juga gak begitu mahal, dan pelayanannya juga cepat. Dokternya juga
ramah seningga anak-anak tidak merasa ketakutan.
Sejak
saat itu saya dan Nawra selalu waspada, jika dia mulai mengalami gatal, dan
merasa telinganya penuh. Itu artinya sudah ada kotoran yang menumpuk dan harus
segera dibersihkan.
Jangan
sesekali membersihkan dengan cutton bud
karena hal itu bisa membuat kotoran malah semakin masuk ked alam. Kelihatannya cutton bud dapat membersihkan tetapi
pada kenyataannya tidak demikian. Jadi sebaiknya jika ada keluhan hubungi saja
ahlinya supaya jelas masalahnya dan jelas pula tindakannya.
5 comment
Hmmm ada juga ya model telinga kaya gtu
BalasHapusIya Mb Nisa, ada. Secara anatomi telinganya emang begitu. Pastinya ahli Tht yang lebih tahu dan paham
BalasHapusBenar Mb, kalo sdh ada gejala. Sebaiknya segera dicari penyebab dan solusinya
BalasHapusIya, Mbak. Waktu harus ke THT juga dokter bilang kalau membersihkan dengan cotton bud justru bikin kotoran makin masuk.
BalasHapusBetul Mb, cutton bud itu gak baik kalo buat yg berlobang2 dan tak nampak
BalasHapusTerima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin