Gagal deh gabung Odoj. Apaan Odoj? Itu loh, grup via blackberry
message atau sering disebut bbm. Odoj kependekkan dari One
Day
One
Juz.
Grup yang aktivitasnya adalah mengaji. Beranggotakan 30 orang. Setiap orang setiap
hari akan mendapatkan jatah juz yang berbeda-beda, bergiliran setiap hari
sehingga diharapkan masing-masing anggota selama 30 hari akan khatam mengaji 30
juz. Keren kan Odoj.
Namun sayang aku gagal
gabung. Padahal sudah di-invite admin
ke grupnya. Tapi di bb ku infonya masih menunggu konfirmasi. Gak tau kenapa ya, mungkin sinyal,
desisku. Ya, sudahlah mungkin lain kali, lagi pula ikutan Odoj kan gak jauh beda ama kegiatan harianku, ya
mengaji satu juz sehari. Dalam pikir itu, tiba-tiba dedek Athifah merenggek minta
ditemani bermain. Ya, sejenak terlupakan soal gagal gabung di Odoj. Aku sibuk
bermain dan bercanda dengan anak.
Tiga puluh menit berlalu,
masuk sebuah chat di bbm, isinya
permohonan maaf dari salah satu temanku yang tadinya dia yang menawarkan aku
buat gabung Odoj.
“Afwan Mba, grupnya penuh,
Mbak kurang cepat meng-konfirm grupnya jadi keduluan ama yang lain “
Aku tersenyum, sembari send tanda jempol yang artinya gak masalah. Tak kutambahi penjelasan
apa-apa. Simbol itu cukup mewakili rasaku dan tak perlu temanku itu menjelaskan alasannya lagi. Biar tidak
panjang urusannya.
Tak berapa lama, masuk lagi chat bbm dari teman yang lain dengan isi
yang sama dengan bbm sebelumnya. Kembali aku mengirimkan simbol jempol. Dan tak
kuperpanjang lagi.
Sudahlah, memang belum
saatnya pikirku. Aku belum pas gabung Odoj saat ini. Mungkin lain waktu. Di
saat yang pas dalam segala kesempurnaan kesempatan untukku. Lagipula aku belum
sempat mencari tahu banyak mengenai apa itu Odoj. Harusnya aku mencari tahu
dulu seluk beluk dan semua hal tentang Odoj tersebut. Agar aku tak terlantar
ketika sudah bergabung nanti. Ah, memang saatnya aku harus belajar dulu.
Sudahlah tak perlu risau. Ada waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan baik.
Dua hari berlalu tanpa
banyak perubahan dalam kegiatan harianku. Sejak resign dari kantor setahun lalu. Praktis akulah si Ratu waktu itu. Ya,
sebagai seorang istri dan ibu dua orang putri dengan jarak usia mereka terpaut
enam tahun. Si kakak sudah kelas dua SDIT sedangkan si adek baru berusia 11 bulan.
Mengurusi mereka sudah menyita begitu banyak waktu dan separuh jiwaku.
Mengurusi mereka membutuhkan lebih banyak waktu yang bisa kuberikan untuk
mereka. Mengurusi mereka membuat aku tak pernah kehabisan cara untuk mengisi
waktu hari-hariku. Aku selalu kehilangan waktu dan momen. Bahkan, jika semua itu sudah kurencanakan. Tetap saja aku
selalu keteteran dalam segala hal.
Saat bersantai siang selepas
shalat Zuhur. Masuk chat bbm lagi.
“Mba, saya invite ke grup Odoj lagi ya . Tolong
diterima“
“Siap” kutambahi gambar senyum besar.
Dan setelah itu terdamparlah
aku di grup Odoj, waktu itu aku dapat jatah juz 6. Kuperhatikan dengan seksama.
Setiap sudut dan ruangan grupnya. Aku kuatir ada yang tidak kuketahui. Aku
harus teliti melihat setiap detilnya. Membaca dengan seksama. Mengamati setiap
ada aktivitas di dalamnya dengan bijak. Yang pertama aku amati dan pelajari bagaimana
sistem kerja grupnya. Bagaimana sistem laporannya. Itu yang terpenting.
Ya, kami semua memang hanya
disatukan oleh grup kecil via bb itu. Belum pernah bertemu langsung dan
berjabat tangan. Hanya doa, keikhlasan , aturan dan komunikasi yang akan
menyatukan kami semua. Ya, 30 orang dengan ragam karakter, asal daerah,
aktivitas yang berbeda. Semua disatukan demi tujuan One Day One juz. Setelah berkenalan dengan
teman-teman. Akhirnya aku menyelesaikan jatah juzku dengan baik. Aku *gift. Aku berkomitmen untuk tidak
melalaikan jatah juzku. Bekerjasama dan berkomunikasi dengan penanggungjawab
(pj ) harian dan semua teman dengan baik. Laporan yang tertib dan teratur . Itu merupakan
kunci kesuksesan dan kekompakan sebuah
grup.
Aku sangat berusaha untuk
menyelesaikan jatah juzku sebelum Zuhur datang.
Pagi hari selepas beres-beres rumah dan masak. Aku selalu menyempatkan untuk
salat Dhuha dan tilawah. Jika belum selesai terkadang aku menyelesaikan tilawah
di toko. Sembari menunggu pembeli datang. Ternyata di awal-awal
grupku khatamnya malam hari. Ini sangat melelahkan. Apalagi tak berapa lama ,
aku ditunjukkan dan terpilih lewat musyawarah teman-teman menjadi ketua grup. Mengkoordinir grup,
dibantu dengan admin dan pj harian. Alhamdulillah grup selalu khatam meski
malam-malam. Walaupun capek sekali.
Soalnya terkadang dan seringnya di antara jam sembilan atau
sepuluh malam. Bahkan pernah lebih. Bikin letih badan pikiran, tapi mau
bagaimana lagi.
Mau tidak mau, terpaksa jadwal
kegiatan malam sedikit berubah. Aku seolah melototin
bb melulu. Tak mungkin aku meninggalkan grup kalo belum khatam atau belum
ditutup secara resmi oleh pj hariannya. Meski capek namun kondisi tersebut tak bisa dielakkan. Jadi harus
dijalani. In Sya Allah nanti waktu khatamnya bisa dimundurin sedikit demi
sedikit ke sore hari. Namun hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Menyatukan 30
pikiran orang-orang yang berbeda sangatlah sulit. Namun aku yakin nanti pasti
bisa.
Meskipun begitu mengikuti
kegiatan Odoj ini secara tidak langsung juga merubah siklus hidupku. Yang
tadinya banyak berhahahihi dengan
teman-teman di bbm atau ngolor ngidul gak
jelas, bisa dikurangin karena gak sempat
karena disibukkan ama grup Odoj.
Saling menanyakan dan konfirmasi ama
teman-teman Odoj yang belum ada kabar, belum selesai jatah juznya atau yang
dilelang juznya. Semua dilakukan dengan sukarela, tanpa paksaan dari siapa pun.
Mengalir saja. Apa adanya. Semua demi tujuan one day one juz dan tercapai khatam grup sesuai dengan target
khatam grup yang telah disepakati bersama-sama.
Lalu lebih merasa dicintai
dan diperhatikan karena setiap hari ada saja yang menanyakan, tilawahnya sudah
sampai mana. Bukan cuma pj harian, tapi teman -teman yang lain juga begitu.
Pokoknya asiklah dan sudah terlihat kebersamaan dan kekeluargaannya. Meski
belum pernah bertatap muka langsung.Sudah merasa dekat dan akrab. Sungguh Odoj luar bisa memberikan lem perekat
di dalam hati para member-nya.
Siang itu udara kota Bengkulu,
cukup terik. Angin hampir tak berhembus. Udara siang semakin panas dan keringat mengucur dari semua sisi tubuhku.
Udara memang sedang panasnya, apalagi rumah kami cuma berjarak satu kilometer
dari bibir pantai , membuat udara semakin bertambah panas. Handphone berdenyit sendu. Suara serak suami dari negeri seberang
membuat dadaku berdegub kencang. Telepon dari suami barusan membuat udara
semakin panas. Di ujung telepon aku hanya menjawab. “Jika harus ke Palembang
kami akan ikut serta”
Aku pamitan dengan
teman-teman Odoj, menuju kota Pelembang, Jatah juz sudah aku selesaikan, kepada
pj harian aku minta tolong untuk dapat memantau aktivitas tilawah kawan-kawan
yang lain. Kepada teman-teman yang lain juga kutitipkan pesan. Saat itu seolah
aku sangat berat sekali meninggalkan Odoj, seolah akan meninggalkan
segerombolan teman. Namun pesan suami mengingatkan “ Nanti kan bisa dibantu
dikontrol grupnya Mi, semoga ada sinyal dan nanti kalo bb low bat kita bisa numpang ngecas di rumah makan atau ditempat kita
singgah”
Ketika
sampai di Palembang ternyata bukan saja hendak melayat keluarga Uwak yang
meninggal. Kami memanfaatkan momen
itu untuk memperkenalkan adek kepada Kakeknya, Bapak dari suamiku. Ternyata Bapak
juga sedang sakit. Kedatangan kami
sekeluarga diharapkan bisa menjadi obat. Alhamdulillah, kami masih bisa mempertemukan
anak-anak dengan Kakeknya.
Meski
dalam kondisi begitu, aku selalu mampu menyelesaikan jatah juzku dan grup juga
selalu khatam meski selalu malam-malam. Hmmm,
belum ada perubahan grupku. Setelah tiga hari di sana, kami pun memutuskan
untuk pulang lagi ke Bengkulu. Kami berangkat dengan kereta menuju kota Lubuk
Linggau setelah itu perjalanan kami lanjutkan dengan mobil travel, Di kereta
api sebelum Subuh, aku sudah menyelesaikan dan melaporkan jatah juzku hari itu.
Meski dalam perjalanan dan minim fasilitas, aku bertekad untuk tetap tilawah
dan tidak melelang juzku. Kuncinya komitmen dan disiplin membagi waktu.
Pertemuan
indah itu ternyata, merupakan saat terakhir aku dan anak-anak bertemu dengan
Bapak. Setelah satu pekan dirawat di Rumah Sakit. Bapak akhirnya meninggal dunia
dan kami terpaksa balik lagi ke Kota Bari tersebut. Meskipun lelah, capek lahir batin. Aku tetap bersemangat
untuk tilawah dan tak pernah lelang. Aku malu dengan sang waktu yang begitu
panjang membayangiku, sedangkan belum banyak bayangan baik yang ia ikuti di sepanjang
hayatku. Aku harus mengisinya dan berubah. Salah satunya mengambil kesempatan
Odoj ini dengan baik. Apalagi dalam kondisi seperti ini, aku butuh lebih banyak
lagi untuk tilawah.
Namun
apa mau dikata, aku hanya manusia biasa. Dalam sepuluh hari ini kami sekeluarga
bolak balik saja Palembang- Bengkulu. Yang aku temui kuburan dan mayat. Hatiku
pilu. Aku tak kuat, badanku sakit sekali, rasanya seperti usai terkena benturan
benda yang keras dan berat. Capek
yang luar bisa. Uang yang terkuras, waktu yang berlalu. Namun kulihat kedua
putriku mereka sangat kuat dan tabah. Tak tampak mengeluh atau sakit. Dalam kondisi
seperti itu aku rasanya ingin sekali menyerah dengan kegiatan Odoj. Kondisiku
sedang repot dan aku butuh waktu untuk mengurusi diriku sendiri. Bukan memantau
tilawah atau kegiatan orang lain. Huuuh,
aku mulai kesal. Apalagi kondisi bbku yang semakin parah, jam pasir melulu, bikin lelet.
Di rumah orang, aku tak leluasa untuk menggunakan listrik dan
meletakkan bb sembarangan untuk di cas.
Ah, benar-benar kondisi yang menyebalkan. Belum lagi lemotnya yang minta ampun.
Membuang waktuku banyak sekali. Ditambah malam hari aku harus mengikuti takziah
dan sedihnya grupku juga khatamnya malam-malam. Uhuu, lelah sekali. Aku mulai lemah dan berniat menyerah.
Aku
duduk di teras samping rumah Bapak, salah satu saudara perempuan Bapak sedang
mengaji. Aku duduk di sebelahnya. Entah darimana awal cerita kami, Uwak bercerita
bahwa dia di desa punya kelompok pengajian ibu-ibu yang dikuti sekitar sepuluh orang
. Setiap hari mereka akan mengaji sebanyak satu juz. Satu orang kurang lebih
akan mendapatkan jatah satu halaman. Mereka mengaji selepas Magrib bergantian
satu juz tersebut. Jika ada yang berhalangan datang, maka jatah tilwahnya akan
digantikan dengan teman yang lain. Ya, istilahnya dilelang. Miriplah seperti
Odoj. Aku tersenyum sendiri mendengarkan penjelasan Uwak. Wah, jika
dibandingkan dengan cara kelompok Uwak, mana bisa aku mengikutinya. Mana sempat
aku mengaji selepas Magrib sampai Isya di Masjid. Bagaimana dengan anak-anakku,
terkadang mereka rewel. Belum lagi
aktivitas harianku. Ah, rasanya tak mungkin , gerutuhku. Membayangkannya saja
aku sudah payah apalagi menjalaninya. Alhamdulillah aku punya Odoj, yang bisa
mengajak aku tetap tilawah setiap hari, mengajak aku untuk bisa amanah dengan
waktu dan laporan tilawahku. Uwak, memang hebat. Pantas saja, sejak malam
pertama takziah, beliau sangat kuat
bertilawah dibandingkan dengan yang lain. Uwak sudah sangat terbiasa.
Sejak kejadian itu, aku
seolah terlecuti oleh semangat Uwak. Aku tak pernah lagi mengeluh, kesal atau
sejenisnya dengan grup Odojku. Meski khatamnya malam-malam dan bikin penat,
namun aku yakin grupku akan begerak menjadi lebih baik. Aku semakin sayang dan
butuh Odoj setiap hari, kapan dan di mana saja.
Sekarang aku mulai menikmati menjadi member Odoj. Hidupku mulai terisi udara
segar. Odoj is my style. Gak malu lagi kalo ngaji dimana - mana, dalam berbagai kondisi dan situasi. Odoj,
sudah menjadi bagian kehidupanku. Anak dan suami pun sangat mendukung
aktivitasku tersebut. Aku tak pernah lalai akan segala kegiatan rumah tangga
dan tugas sebagai istri dan ibu. Si Abi dan Kakak sering kali menyebutku di
rumah dengan panggilan, Odojer, hehehe.
Lucu sih, tapi itulah aku. Emak-emak
Odojer.
Sampai pada suatu hari. Aku
mendapatkan kabar bahwa Emak di rawat di rumah sakit, jantungnya bengkak. Ah,
ujian apa lagi ini. Aku sangat terpukul. Saat mendapatkan kabar tersebut aku
baru saja usai salat Dhuha dan mengaji jatah juzku. Belum lama rasanya, kabar
kematian Bapak, sekarang Emak pun ikutan sakit. Aku lelah lagi, lahir batin
lagi. Babak baru dimulai lagi, aku harus bolak-balik ke rumah Emak, menyiapkan
makanan , membersihkan rumah sampai harus mengontrol obat Emak, apakah sudah diminum
apa belum. Jarak rumah Emak dari rumahku ada sepuluh kilo. Badanku tak tau lagi
bagaimana rupanya. Aku Cuma memohon kepada Allah, agar selalu diberikan
kekuatan dan kesehatan karena aku ingin mengurus dan merawat Emak bukan
sebaliknya.
Sampai pada suatu masa, saking sibuknya , bbku tertinggal di rumah Emak, hari baru usai
magrib. Bagaimana ini, aku harus laporan ke sub grup, bagaimana dengan laporan
dan kondisiku grupku nanti. Meski bisa saja semua kuketahui atau aku update besok pagi. Tapi itu bukanlah hal
yang mudah. Aku pusing, akhirnya aku memutuskan untuk balik lagi ke rumah Emak.
Malam hari demi Odoj. Suami Cuma geleng-geleng kepala saja melihat tingkahku
tersebut. Aku sering pontang – panting
dengan bb-ku apalagi saat injury time.
Dan
ini bukan sekali saja, pernah, aku harus meninggalkan percakapan seru menjelang
grup akan khatam. Waktu itu masih ada jatah juz yang belum terselesaikan,
padahal waktu sudah mendekati waktu khatam grup. Tapi aku harus meninggalkan
kondisi tersebut karena obat Emak lupa aku
aku berikan tadi pagi. Jadi sore itu aku harus balik lagi ke rumah Emak,
hehehe. Soal bb ini anak dan suamiku
pun selalu mengingatkan jika kami akan berpergian. Suami atau si Kakak selalu bilang “Mi, bb-nya jangan sampai ketinggalan.
Nanti kacau Odojernya” senyum mereka meluluhkanku. Terima kasih, kalian sudah
mengingatkanku. Kalian mendukungku.
Dan
hari ini, untuk kesekian kali aku mampu menyelesaikan jatah juzku dan tak
pernah dilelang sejak aku bergabung. Aku sudah tak perduli lagi dengan kondisi
kesulitan hidup yang menghampiriku. Yang kurasa, hidupku semakin sulit disaat
aku melalaikan jatah juzku. Oleh karena itu, kesulitan itu tak lagi berat
selagi aku masih bisa bertilawah, menyicil dan menyelesaikan setiap jatah juzku
setiap hari.
Alhamdulillah, grup Odojku bergerak semakin baik, dengan
segala usaha akhirnya jam khatam grup dapat kami pindahkan secara
perlahan-lahan sore hari, sehingga di malam hari kita bisa melakukan aktivitas
lainnya. Aku pun diamanahi grup Odoj satu lagi. Jadi setiap hari harus
mengontrol dua grup Odoj, hehehe. Tambah repot ya. Namun, dengan semangat dan
kerjasam teman-teman semua. Dua grup ini dapat dikontrol dengan baik. Dalam pencapaian
rapot pun dua grup Odoj ini, hampir selalu mendapatkan predikat terbaik. Ya,
itu semua berkat kerjasama teman-teman. Aku pun tak pernah telat melaporkan
laporan grup setiap hari, apa pun caranya kadang via sms, bbm atau apa aja deh
yang penting ada komunikasinya kepada pengurus pusat.
Setelah semua berjalan baik dan grup dapat digulirkan
kepada yang lain, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti menjadi admin grup
Odoj karen ada prioritas lain yang harus aku kerjakan. Kehidupanku harus terus
bergulir, lahan dakwahku harus mengalir. Aku melepaskan dua grup itu dengan
rasa berat namun harus dilakukan . Aku yakin di tangan teman-teman yang lain,
grup Odoj akan berjalan lebih baik dan lebih maju. Terima kasih teman-teman
atas ukhuwah selama ini, atas pertemanan kita selama ini.
(Ditulis saat di
tahun 2014, tak berapa lama setelah pulang dari Palembang, Salam sayang
teman-teman Odoj sekalian, semoga Allah menjaga kita semua dimana pun berada. Saya
rindu kalian semua )
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin