Seorang teman bercerita kepada saya, dia ingin sekali menuliskan kisah dan pengalaman teman-teman di sekolahnya ke dalam sebuah buku. Tulisan yang dia maksud itu sejenis tulisan inspiratif, ya seperti catatan kisah seseorang di dalam hidupnya yang sangat berkesan dan bisa menginspirasi orang lain.
Kendalanya
adalah, teman-temannya itu tidak semua punya waktu dan kemampuan untuk menulis.
Sehingga ia akan membantu menuliskan kisah dan teman-temannya tersebut. Langkah
yang akan ia tempuh dengan mulai mengumpulkan data dan informasi tentang
teman-temannya tersebut. Dia akan mememulai melakukan wawancara terhadap
teman-temannya.
Namun,
dia masih bingung bagaimana untuk memulai melakukan wawancara tersebut. Hal apa
yang pertama yang harus dilakukan. Saya
mendengarkan dengan seksama cerita teman saya tersebut. Saya mencoba memahami
masalahnya apa dan mencoba mencari solusinya.
Saya
sangat senang mendengar keinginan teman saya tersebut. Saya mendukung 100
persen ide dan semangatnya. Akhirnya saya memberikan masukan kepadanya dalam melakukan wawancara
tersebut.
Tahapan
yang dapat dilakukan dalam melakukan wawancara, guna mengumpulkan data-data
untuk keperluan kepenulisan itu ada 3 tahapan.
Pertama Tahap persiapan
Dalam hal ini teman
saya itu harus memikirkan beberapa hal seperti
-
Siapa yang akan melakukan wawancaranya
nanti (pewancaranya siapa)
-
Menentukan daftar nama dari
teman-temannya yang akan ia wawancarai, mengkategorikan sumber informasinya. Misalnya
ia mendata teman-temannya berdasarkan lamanya masa kerja, jenis kelamin, usia,
prestasi, jabatan dan lain sebagainya
-
Menentukan topik yang akan diangkat,
Misalnya saja topik yang akan dibahas di dalam buku tersebut mengenai kesan dan
pesan selama mengajar, Impiannya terghadap dunia pendidikan, Alasan mengapa
ingin menjadi guru dan lain sebagainya.
-
Lalu yang perlu dipikirkan adalah
audiens dalam hal ini pembaca bukunya kelak. Siapa target pembacanya dan
sasarannya buat siapa saja. Misalnya, orang dewasa, umum atau para pendidik,
anak-anak atau bagaimana.
Kedua Tahap penulisan,
Dalam tahap penulisan
ini, pewancara dapat menggunakan pada tahap ini dikenal dua istilah, yakni:
-
Teknik
utuh,
merupakan cara penulisan wawancara secara lengkap kata demi kata yang akan
ditanyakan. Jadi teman saya itu akan menuliskan semua hasil wawancaranya secara
utuh sesuai dengan data yang ia kumpulkan pada saat wawancara. Hal ini biasanya
dilakukan oleh pewancara baru, atau penulis baru karena kuatir ada data atau
informasi yang tidak tercatat.
-
Teknik
paruh, adalah
cara penulisan wawancara sebagian-sebagian. Artinya hanya pokok-pokok
pembicaraan dari topik wawancara yang ditulis. Hal yang ditulis itu biasanya
berupa kata-kata kunci atau subpokok dari topik yang diwawancarakan. Teknik ini
biasanya digunakan oleh pewawancara yang mahir, misalnya mereka yang terbiasa
menjadi pembawa acara atau reporter. Mereka akan mampu mengubah kata-kata
menjadi rangkaian frase, kalimat, maupun wacana yang komunikatif.
Ketiga Tahap
Penerapan
Pada
tahapan ini yang dilakukan oleh teman saya adalah melakukan penerapan dari
hasil yang telah dikumpulkan. Ia mulai menyalin dan mengdokumentasikan setiap
informasi yang ia dapatkan untuk keperluan bukunya. Data dari draf pertanyaan
dari wawancara yang sudah dilakukan akan mulai ia pindahkan dalam bentuk
tulisan yang ia inginkan. Dalam hal ini teman saya tersebut memilih menuliskan
hasil wawancaranya tersebut dalam bentuk kisah inspiratif.
Karena
keterbatasan waktu untuk melakukan wawancara langsung. Saya juga menyarankan
kepada teman tersebut untuk memulai wawancaranya dengan memberikan draf
pertanyaan kepada teman-temannya. Jadi teman-temannya bisa menjawab pertanyaan
wawancara tersebut dengan cara menuliskan sendiri jawabannya. Misalnya saat ada
waktu luang, di sela-sela mengajar.
Hal
ini sangat membantu dan membuat waktu wawancara lebih efektif dan efisen. Hasil
yang dikumpulkan akan lebih banyak dalam waktu yang bersamaan.
Setelah
pertemuan singkat itu, saya melihat wajah teman saya sudah berubah yang awal
kedatangannya sedikit bingung. Sekarang sudah terlihat ceria. Sepertinya masalahnya
sudah mulai ada solusinya.
“Wah,
ternyata begitu ya tahapannya utnuk wawancara, ternyata jika dipetakan secara sistematis,
pekerjaan akan menjadi lebih mudah dan aku lebih tau mana yang harus dikerjakan
terlebih dahulu” ucapnya dengan senyuman, saat hendak berpamitan pulang.
Saya
pun membalas senyumannya dengan manis , semoga sukse dan lancar ya teman. Wawancaranya
sukses dan bukunya segera terbit.
6 comment
makasih sharingnya mba, aku masih pake wawancara via email hehe untuk blogku..jarang secara langsung...
BalasHapusiya Mb, ini temen saya kan mau wawancara temen satu sekolahnya, ya langsung aja
BalasHapustapi menurutku wawancara yg mb lakukan meski via imel aja, itu langsung juga karena langsung dgn narsumnya kecuali mb lewat org ketiga :)
Belum pernah wawancara. :D Bisa disave nih artikelnya jika perlu buat wawancara. ;)
BalasHapusBTW, aku udah follow blognya Mbak Milda
asik loh wawancara itu Mb Anisa, seru kadang juga banyak ketemu hal2 baru baik tentang caranya, cara berbicara dan info dari narsumnya.
Hapusma kasih ya say :)
Yap, aku sering interview seseorang. Nggak jarang juga diajak interview. Draf via email menjadi opsi yang kerap diandalkan karena keterbatasan waktu.
BalasHapus:D
iya Mb Funny sama saja juga sering mengalami hal begitu. sering juga diwawancara via inbok Fb, Messeger dan Email. Saya juga melakukan hal yang sama kalo butuh informasi dr orang lain yang sulit ditemua secara langsung dan jauh. lebih efektif juga
Hapusma kasih ya say, udah mampir. ntar aku mampir juga k blogmu :)
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin