Mari Mengenal Berbagai Jenis Sampah! Musim Hujan Sudah Datang, Waspada Banjir Di Mana-mana.
Sampah menumpuk! Itu adalah hal yang sering saya temui di rumah. Apalagi jika sudah satu
pekan tukang sampah tak bekerja. Ya, minimal seorang ibu rumah tangga seperti
saya akan mengumpulkan satu kantong plastik sedang sampah setiap harinya. Entah
dari kemasan makanan, mainan anak, sisa makanan, sampah dapur, sisa kerjaan
atau apa saja yang tidak bernilai atau berdaya guna lagi. Yang paling
mendominasi dari tumpukkan sampah tersebut adalah sampah plastik. Hampir
separuhnya, sampah plastik. Jika tidak segera diatasi, baunya akan menyebar
kemana-mana. Belum lagi jika tidak dimasukin ketempat sampah yang tertutup.
Isinya kadang suka berserakkan, diobrak-abrik oleh binatang yang mencari makanan
atau pemulung yang mencari sampah yang bisa dijual kembali.
Jika sudah begitu kejadiannya, biasanya sampah saya buang ke halaman
samping dan setelah menumpuk baru saya bakar. Sore hari biasanya aktivitas itu
saya lakukan sembari membersihkan pekarangan dan merawat tanaman. Namun hal itu
tidak membuat sampah habis. Ya, ada yang berkurang volumenya namun tetap saja
meninggalkan bekas. Saya sering mengamati , sampah tersebut terutama plastik
tidaklah mudah untuk terbakar habis seperti kertas atau kayu. Mungkin bukan saya saja melakukan hal ini,
untuk menanggulangi sampah yang menumpuk .
Namun belakangan
saya ketahui bahwa proses pembakaran
yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan
sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila kita menghirup dioksin ini maka akan rentan
terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf,
hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi.
Apalagi saya
lihat contohnya, botol air kemasan setelah dibakar, sisa pembakarannya hanya
mengecil dan tetap saja berbentuk plastik alias berubah bentuk dari botol
menjadi lempengan plastik yang hitam. Jika sisa pembakaran lainnya sering saya
sebut tanah hitam. Biasanya saya gunakan kembali sebagai media tanam. Tanah
hitam itu saya campur dengan pupuk dan jerami atau dedak sisa penggilingan
padi. Pada saat mencampur tanah tersebut , lempengan plastik sering kali saya
temui. Saya selalu memisahkannya dan membuang kembali sampah plastik itu ke
tempat pembakaran sampah. Dibakar lagi sampah plastiknya tetapi wujudnya tetap
menjadi plastik. Lalu saya mulai berpikir berulang kali, mengapa bisa terjadi
hal itu.
Akhirnya saya mencari tahu dan menemukan jawabannya bahwa sampah plastik
mempunyai beberapa jenis yaitu pertama ,
PET atau PETE, atau polyethylene therephthalate. Ringan, murah, dan mudah
membuatnya. Penggunaannya terutama pada botol minuman soft drink, tempat
makanan yang tahan microwave dan lain-lain.
Kedua, jenis
HDPE (high density polyethylene) Lebih kuat dan rentan terhadap korosi,
sedikit sekali resiko penyebaran kimia bila digunakan sebagai wadah makanan,
bisa digunakan untuk wadah shampoo, deterjen, kantong sampah. Mudah didaur
ulang.
Ketiga ,
jenis PVC (polyvinyl chloride) Plastik
jenis ini memiliki karakteristik fisik yang stabil dan memiliki ketahanan
terhadap bahan kimia, cuaca, sifat elektrik dan aliran. Bahan ini paling sulit
didaur ulang dan paling sering kita jumpai penggunaannya pada pipa dan
konstruksi bangunan.
Keempat, jenis
LDPE (low density polyethylene) Bisa digunakan untuk wadah makanan dan
botol-botol yang lebih lembek. Plastik jenis
PP (polypropylene) Plastik jenis ini mempunyai sifat tahan terhadap
kimia kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai sifat insulasi listrik
yang baik. Bahan ini juga tahan terhadap air mendidih dan sterilisasi dengan
uap panas. Aplikasinya pada komponen otomotif, tempat makanan, karpet, dll.
Kelima , jenis
PS (polystyrene) Jenis ini mempunyai kekakuan dan kestabilan dimensi
yang baik. Biasanya digunakan untuk wadah makanan sekali pakai, kemasan,
mainan, peralatan medis.
Hmmm, inilah jawaban atas pertanyaan saya kenapa sampah plastik sangat susah diurai ternyata kandungan yang
terdapat pada plastik membutuhkan waktu setidaknya 800 hingga 1000 tahun agar
plastik terurai oleh tanah secara
terdekomposisi dan terurai dengan sempurna. Wah, ini seperti salah satu judul
lagu Yuni Shara saja, ku ingin hidup seribu tahun lagi, hehehe.
Kalau begitu membakar sampah bukanlah solusi yang tepat untuk
menghilangkan tumpukkan sampah. Lalu saya bertanya kepada tukang sampah
dimanakah lokasi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah . Dari mereka saya ketahui TPA
Sampah kota Bengkulu berada di
kawasan Air Sebakul.
Ya, mungkin untuk sebagian warga Bengkulu, masalah sampah bukanlah suatu
kendala yang berat. Seperti kota besar lainnya di Indonesia. Apalagi jika
dilihat dari lokasi dan lahan TPA yang masih sangat luas dan memungkinkan
mampu menampung sampah untuk beberapa tahun ke depan. Namun tidak banyak yang
mengetahui akibat adanya TPA tersebut bagi masyarakat di sekitar Air Sebakul
dan masyarakat Bengkulu pada umumnya. Setidaknya ada beberapa akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya TPA
ini, diantaranya, musibah fatal yang terkubur
di bawah timbunan sampah, kerusakan infrastruktur misalnya, kerusakan jalan akibat akses jalan kendaraan
berat, pencemaran lingkungan setempat seperti pencemaran air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah
penutupan TPA, pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah
organik (Metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial
daripada karbondioksida dapat
membahayakan penduduk suatu tempat), melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat khususnya dari TPA yang dioperasikan secara
salah, yang umum di dunia ketiga, jejas
pada margasatwa dan gangguan sederhana misalnya, debu, bau busuk, kutu dan polusi udara.
Dampak ini lambat laun akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Air Sebakul dan
masyarakat Bengkulu secara keseluruhan.
Melihat kondisi geografis Bengkulu yang
sangat banyak terdapat sungai dan pantai. Membuat sebagian masyarakat kita
sering membuang sampah di sungai atau di pantai. Namun coba kita
banyangkan jika kita memakan ikan dari
sungai atau pantai tersebut. Secara
otomatis kita terpapar racun , yang berasal dari sampah plastik. Selain itu banyak dampak
lingkungan yang akan kita rasakan ,diantara beberapa akibat dan fakta yang
terkait dengan aktivitas membuang sampah di sungai dan pantai saya sebutkan
sebagai berikut,
1)
Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba,
penyu laut dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan
dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
2)
Ketika hewan mati, kantong plastik
yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat
meracuni hewan lainnya.
3)
Pembuangan sampah plastik sembarangan
di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran
sungai yang menyebabkan banjir.
4)
Kantong plastik sisa telah banyak
ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan Pacific
5)
Sekitar 80% sampah dilautan berasal
dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik.
6)
Dalam bulan Juni 2006 program
lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi terdapat 46,000
sampah plastik mengambang di lautan.
7)
Setiap tahun, plastik telah
’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang
tak terhitung jumlahnya.
8)
banyak penyu di kepulauan
seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira ubur-ubur, makanan yang
disukainya.
Lantas jika tidak boleh membuang sampah ke TPA dan
sungai atau pantai. Apa yang harus kita lakukan. Mengingat kita tak mungkin
bisa berlepas dari yang namanya sampah plastik. Tapi kita juga tidak boleh
berdiam diri, apalagi kita ketahui bahwa kota Bengkulu sekarang sedang giatnya
melakukan pembangunan dan mulai terjadi peningkatan populasi manusia. Hal ini
akan semakin meningkatkan penggunaaan sampah plastik di masyarakat kita. Ibarat
kata semakin makmur suatu negeri maka semakin banyak penggunaan plastiknya.
Menurut data Bengkulu water supply and
Sanitation, jumlah penduduk Bengkulu
ada sekitar 500.000 jiwa dan setiap hari dihasilkan 1.8 liter sampah perkapita. Itu artinya akan ada sekitar 810
meter kubik sampah yang dihasilkan setiap hari. Dan sampah tersebut dibuang ke
TPA Air Sebakul atau dibuang ke sungai dan pantai. Jumlah ini pasti akan terus
meningkat seiring dengan kemajuan dan kepadatan penduduk kota Bengkulu.
Penyumbang sampah terbesar di Bengkulu adalah rumah tangga sisanya pertokoan, sekolah,
kantor, pabrik dan rumah sakit. Oleh karena itu sebagai pewadahan dan
pengumpulan pertama kali, rumah tangga harus mulai melakukan penanganan sampah
yang bijaksana. Tindakan pencegahan
secara dini dan efektif dimulai dari setiap rumah tangga. saya mengajak
dan menghimbau teman-teman terutama ibu-ibu yang merupakan pengumpul sampah
yang pertama di rumah. Untuk melakukan langkah-langkah penanggulangan sampah
sebagai berikut: dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce)
dan mendaur ulang (reycle). Terakhir,
mungkin perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin banyak penggunaan
bahan plastik. Secara detil bisa saya paparkan sebagai berikut.
1. Kurangi pembelian barang-barang dengan
kemasan plastik
2. Jika belanja gunakanlah sehemat mungkin
penggunakan kantong plastik, gunakan kantong plastik secara berulang-ulang.
Bisa membawa sendiri kantong plastik , kain dari rumah. Di China jika pembeli
tidak membawa kantong sendiri maka ia akan dikenakan denda.
3. Tanamkan kepada anggota keluarga cara
penanganan sampah sejak dini, tidak membuang sampah sembarangan
4. Perlakukan barang-barang plastik secara
maksimal dalam penggunaannya. Misalnya kurangi penggunaan alat rumah tangga
murah, beraneka ragam dari bahan plastik. Jangan tergiur dengan warna atau
gambar yang ada pada perabot plastik.
5. Jika mendapatkan kantong plastik, simpan
katong tersebut baik-baik dan gunakan kembali kantong tersebut secara baik.
Atau berikan kepada para penjual/pengguna kantong plastik di pasar.
6. Pisahkan sampah berdasarkan jenisnya seperti
sampah plastik, sampah kertas, kayu, sampah sisa makanan. Masukkan sampah
tersebut ke dalam suatu wadah yang besar. Jika sudah banyak bisa diberikan
kepada tukang sampah atau dijual sendiri. Lumayan , bisa menambah penghasilan.
- Jangan membakar sampah plastik
8. Manfaatkan sampah plastik sebagai kreasi seni atau
karya kreatif yang bisa digunakan kembali bahakan memiliki nilai ekonomi.
Mungkin itu
beberapa tindakan yang bisa kita lakukan dalam rangka mengurangi pemakaian
sampah plastik sebagai wujud rasa sayang kita kepada bumi serta kepedulian kita
terhadap keberlangsungan hidup anak cucu kita di kelak kemudian hari. Mulai
sekarang kita harus melakukan diet sampah plastik. Jangan cuma badan dan
makanan saja kita sanggup untuk berdiet demi penampilan dan kesehatan. Bahkan
sanggup membayar dan mengeluarkan uang yang cukup besar. Sekarang sudah saatnya
kita diet sampah plastik demi kesehatan kita dan lingkungan kita. Caranya juga
murah meriah. Hayuuk, diet sampah plastik teman-teman dengan cara yang paling
kamu bisa. Selamat hari bumi!
Milda Ini, Badan Pengurus Pusat FLP Divisi Jaringan
Wilayah, Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Bengkulu ( Sudah Pernah dimuat
di koran Rakyak Bengkulu dalam kolom Opini , dalam rangka hari Hari Bumi tahun 2014 )
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin