Neng, Korban Jimat Bapaknya
Milda Ini
Siang ini kembali ruangan kelas dua IPS di sekolahku
heboh. Si Neng sang ratu pingsan bin kesurupan kembali kumat. Saking seringnya
aku lupa ini kasus yang ke berapa . Semua riwayat kesehatan dan data diri serta
keluarga si Neng komplit tersedia di buku status pasien. Nomor kontak keluarga
Neng juga terekam di buku itu. Maklum jika kami tak sanggup lagi menanganinya,
kami segera menelpon pihak keluarga untuk menjemput.
Kali ini kasus Neng sedikit unik, kedua kakinya nyangkut di kaki kursi sekolah. Diantara
keempat kaki kursi itu terdapat penyanggah keseimbangan yang dibuat saling
mengait diantara satu tiang kaki ke kaki kursi yang lain. Nah, kaki Neng yang
masih berbalut sepatu sekolah hitam masih nempel di sana. Kaki Neng keram dan
tegang. Setiap akan dibantu untuk dilepaskan. Si Neng berteriak kesakitan.
Lengkingan suaranya sampai terdengar di ruang kelas paling ujung . Dimana kelas
si Neng terletak di baris terdepan masih ada empat kelas lagi di belakangnya.
Ada teman Neng yang berusaha untuk menarik kaki tersebut, Neng semakin
berteriak histeris. Kami menutup telingga setiap Neng berteriak.
Dalam kondisi seperti ini ada lima orang teman Neng yang selalu setia dan siap
siaga saat Neng pingsan dan kesurupan . Mereka sudah paham tindakan apa saja
yang mesti mereka lakukan. Mereka sudah tau harus berbuat apa. Seperti saat ini
dari kelima teman Neng langsung ada yang membaca Al-Qur’an sambil memegang
salah satu tangan Neng. Yang satu lagi membimbing Neng untuk membacakan asma
Allah. Seorang lagi siap dengan tas Neng dan obat-obatannya dan terakhir sang
juri kunci, hehehe. Kebagian untuk
mengurusi hubungan ke pihak sekolah, wali kelas, suster sekolah sampai
mengubungi keluarga Neng.
Neng masih berteriak. Kata Iteng teman sebangku Neng,
barusan Neng melihat anak kecil seperti tuyul berlarian di ruang kelas. Sontak
saja semua penghuni kelas ini langsung berteriak dan berhamburan ke luar.
Mereka ketakutan. Penghuni kelas ini kebanyakan
perempuan , kebayang bukan gimana
hebohnya. Suara ketakutan di sana-sini diikuti dengan ekspresi wajah
bingung, kian menambah mencekamnya suasana. Si Neng masih setia dengan bangku
sekolahnya.
Tak berapa lama, datang salah satu temannya yang tergopoh-gopoh.
Membawa dua buah bawang putih, yang ia peroleh dari dari tukang lotek yang
berdagang di kantin sekolah. Menurut dia setan yang sekarang bersarang di dalam
tubuh Neng akan menjauh karena mencium bau bawang ini. Setan tidak suka bau
bawang. Aku cuma tersenyum mendengar penuturannya yang serius. Lalu ia
meneruskan bahwa hal itu juga biasa dia lihat di film-film horor . Wah, ada-ada
saja anak-anak ini.
Neng masih belum bisa kami atasi meski tangan dan
kakinya kini penuh dengan bau bawang. Kegiatan belajar di kelas mendadak
dihentikan. Dua orang guru berusaha untuk menenangkan Neng. Belum ada hasil. Aku
mengambil inisiatif biarlah Neng di bawa ke ruang UKS saja agar tidak menganggu
kelas lain dan menjadi tontonan orang banyak.
Kami mengangkat Neng berikut kursi yang ia duduki.
Kami tidak ingin memaksa apalagi menyakiti Neng. Beberapa teman sekelas Neng
yang berbadan tinggi besar berusaha mengangkat Neng beserta kursinya.
Dalam perjalanan dari kelas menuju ruangan UKS yang berjarak lima puluh meter. Neng masih saja berteriak dan mengoceh
tak karuan. Setiap orang yang melihat kejadian ini seolah kaget dan merinding. Meski kasus pingan Neng sudah
menjadi biasa saja saking seringnya. Namun kali ini agak berbeda. Neng pingsan
disertai teriakan dan bangku sekolah yang menempel. Bulu kudukku terasa berdiri
dan desir darahku kian kuat. Aku merinding di pagi menjelang tengah hari ini.
Neng berbeda hari ini, desisku!
Di ruang kesehatan Neng hanya ditemani lima orang
sahabat karibnya. Guru-guru yang tadi berupaya menenangkan Neng secara
bergantian mulai terlihat kewalahan. Ibu Manak hampir saja kena semburan air
yang dilabrak Neng. Cepat sekali tindakan Neng. Pada saat ia berusaha untuk
memberikan air itu sebagai penawar sakit . Kasur seketika basah. Hampir saja
wajah ibu Manak tertampar air yang sudah
diberi jampi-jampi itu.
Tiba-tiba Neng berteriak histeris, kami semua kaget.
Kata temannya Neng baru saja didatangi arwah kakaknya yang baru satu sebulan
meninggal. Ini teriakan histeris ke dua Neng. Jadi setiap melihat mahluk ghaib
Neng langsung berteriak. Bulu kuduk kami kembali merinding. Teman Neng yang
lain semakin memperkuat membaca ayat Al-Qur’an, Neng semakin berteriak.
Meraung-raung. Waduh, sepertinya mahluk aneh yang ada di tubuh Neng tidak suka
mendengarkan ayat Al-Qur’an. Aku meminta untuk meneruskan membaca ayat suci
tersebut meski Neng makin berteriak . Nanti juga akan berhenti berteriak,
pikirku.
“jadi gmana Mi? Neng makin mengamuk nih. Gak kuat kami
memegangnya, tenaganya kuat sekali”
Aku melihat dua orang teman Neng berkeringat. Mereka
mulai menanggis melihat kondisi Neng yang semakin sulit untuk ditenangkan. Neng
meronta-ronta. Bunyi kursi berdenyit-deyit
membuat nyilu. Bagaimana ini, aku bingung juga, apa yang harus
dilakukan. Kuatir nanti ada korban. Bisa
tambah gawat.
Tiba-tiba datang megap-megap teman Neng yang lain,
menyerahkan sebuah botol yang setelah aku amati dengan seksama. Botol tersebut
adalah botol bekas minuman keras. Aku
buka tutupnya. Bau khas arak menyeruak hadir. Bentuk botol yang unik . Bisa
kutebak seketika meski tulisan dibotol tersebut sudah hilang. Tak salah lagi ini
minuman keras.
“gosokan dengan air yang ada di dalam botol ini. Saya
baru ingat kalau di kolong meja Neng ada botol ini,” jelas teman Neng
. Tanpa menunggu lama mereka langsung mengosok kaki Neng dengan air dari botol tersebut, sejurus kemudian kaki Neng yang tadi kaku dan tegang tak berapa lama bisa sedikit lentur dan dilepaskan dari kursi tersebut. Seperti sulap saja, Neng dipindahkan ke kasur. Aku terpana aneh. Air apa sih, yang ada di dalam botol ini kok begitu ampuh membuat lentur kaki Neng yang dari tadi sangat susah untuk dilemaskan apalagi dilepaskan.
. Tanpa menunggu lama mereka langsung mengosok kaki Neng dengan air dari botol tersebut, sejurus kemudian kaki Neng yang tadi kaku dan tegang tak berapa lama bisa sedikit lentur dan dilepaskan dari kursi tersebut. Seperti sulap saja, Neng dipindahkan ke kasur. Aku terpana aneh. Air apa sih, yang ada di dalam botol ini kok begitu ampuh membuat lentur kaki Neng yang dari tadi sangat susah untuk dilemaskan apalagi dilepaskan.
Lalu teman Neng menjelaskan bahwa air itu berisi air
syarat? Maksudnya air syarat?Itu loh,
air yang sudah dibacakan mantra-mantra
oleh dukun. Hah, aku melotot tak percaya. Oh, aku jadi ingat sekarang, setelah kejadian si Neng kumat dua minggu
yang lalu ketika berbicara dengan Bapaknya Neng. Sempat aku sarankan agar Neng
segera diobati. Bapaknya mengatakan akan
membawa berobat si Neng. Dan ini mungkin pengobatan yang dimaksud
Bapaknya Neng . Pantas saja Neng hampir dua minggu tidak kumat rupanya sudah
ada penangkalnya.
“iya Mi, Neng tadi seharusnya begitu merasa sakit segera mengoleskan air ini ke bagian yang
sakit itu. Tapi karena tadi Neng sibuk belajar mempersiapkan diri untuk ujian
di jam pelajaran berikutnya. Neng tak
menghiraukan rasa sakit yang datang. Begini
nih jadinya.” Terang si Upik, teman Neng.
Aku diam terpana bersama dua orang guru lain yang
sedari tadi membantu kami menanggani Neng. Kali ini terpaksa Neng kami
tenangkan dulu karena orang tua Neng sedang tidak bisa dihubungi. Biasanya
begitu kumat si Neng langsung dibawak pulang oleh orang tuanya.
Neng sudah agak tenang. Kupandangi wajah si Neng
dalam. Rupanya yang cantik, putih , ada tahi lalat di atas bibirnya. Sungguh
malang kamu Neng. Mengapa orang tua kamu tega melakukan hal ini kepada kamu.
Bagaimana masa depan kamu kalau setiap saat kamu bisa kumat begini. Kamu masih
muda. Aku tidak bisa membayangkan jika
Neng kumat dan pada saat itu tidak ada sahabat atau keluarga di dekatnya. Pasti
sangat repot dan bikin susah orang banyak. Dari informasi temannya aku tahu
bahwa si Neng memang diberi jimat oleh Bapaknya dengan maksud untuk melindungi
Neng, tapi ternyata jimat itu sendiri sekarang yang menyiksa si Neng. Sungguh
kasihan.
Tak berapa lama kemudian karena Neng sudah agak tenang
guru-guru yang tadinya berdatangan mulai meninggalkan rungan. Teman si Neng yang
lain mulai belajar lagi seperti biasa, namun ruang belajar kini pindah
ke ruang perpustakaan karena teman si
Neng masih trauma dan takut kalau- kalau tuyul yang dilihat si Neng tadi masih
berkeliaran di kelas. Lucunya anak-anak ini!
Kepada lima teman Neng yang setia aku minta untuk
tetap berada di ruangan. Aku kuatir juga kalau
Neng kembali kumat. Orang tua Neng belum juga bisa dihubungi. Hari
hampir menjelang sholat zuhur. Neng tertidur mungkin capek setelah tadi berteriak dan meronta.
Tiba tiba Neng bangun. Kami semua terperanjat kaget. Neng langsung duduk.
Teman-temannya sekejap langsung mengelilingi
Neng. Ada yang menawarkan minum. Setelah Neng minum seteguk. Kemudian
dia tertawa terpingkal-pingkal. Kami makin
kaget , air minum yang dipegang teman
Neng hampir jatuh. Teman Neng berusaha untuk menanyakan tapi Neng tidak menjawab, malah semakin tertawa terpingkal-pingkal.
Kami bertambah kaget dan takut. Kami saling pandang dengan tatapan bingung.
Sekaligus cemas.
Sedetik kemudian kami melihat Neng seolah berubah menjadi
seorang Nenek yang usianya sudah tua dan
reyot. Pipinya seolah keriput dan mulutnya langsung dower seperti nenek-nenek kebanyakan yang kita ketemui. Kami saling
pandang, menebak apa yang sedang terjadi dengan Neng. Semakin dilihat ke muka
Neng semakin kami seolah melihat sosok Nenek-nenek yang yang sudah tua , penuh keriput.
Mulut Neng monyong ke kiri dan ke
kanan. Pipinya terlihat kempot. Geli
melihatnya, tapi juga bingung. Lebih
tepatnya takut!
Tingkah laku Neng juga berubah seperti Nenek-nenek. Lalu
temannya bertanya. Apa yang sedang terjadi Neng tidak menjawab.
“aku cantik kan?”
Kami saling pandang, bingung. Tidak tahu mesti berkata
apa!
“iya cantik tapi lebih cantik lagi kalau kamu senyum”
jawab salah satu teman Neng
“eh, ini wajah aku memang cantik kok! Banyak yang suka
dengan aku loh!”
Hah, kami semakin terperanjat. Mau tertawa, lucu tapi takut, merinding. Pertunjukan apa yang sedang Neng pertontonkan kepada kami. Aku membaca
istiqfar berkali-kali dalam hati. Sekali lagi, mau tertawa nanti salah, gak ketawa tapi ini kondisi lucu sekali.
Aku menyodorkn kaca kepada Neng. Dia kaget . Matanya
melotot. “Ih, jelek sekali kayak nenek
lampir yang di film horor” Ucap Neng. Lalu berteriak kencang sekali. Kami
hampir melompat mendengar teriakan Neng. Bulu kudukku kembali merinding di siang
bolong begini.
“oh, tidak bisa! Kan aku udah pake pemutih kok wajahku
jadi hitam dan keriput begini” Neng Ngoceh dengan logat seperti di Televisi.
Asli yang ini kami tidak kuat lagi menahan ketawa,
melihat ekspresi Neng. Apalagi ketika Neng kaget berteriak
melihat mukanya yang sebetulnya
gak hitam apalagi keriput. Neng kan masih 17 tahun. Masa keriput.
Buru-buru temannya
mengambil kaca tersebut, ternyata menyodorkan kaca itu bukan solusi
yang baik. Neng masih saja bertingkah
seperti Nenek-nenek. Tapi kali ini sudah
sedikit tenang setelah temannya
mengeluarkan bedak dan dipakaikan ke wajah Neng. Mereka menyakinkan
kepada Neng bahwa dia cantik dan tidak keriput. Bahwa Neng akan baik-baik saja karena bedak yang diberikan tersebut
sudah mengandung pemutih.
Hampir satu jam
Neng bertingkah seperti ini. Heboh dengan wajahnya yang hitam dan keriput. Kami
melayani Neng sambil tersenyum geli.
Lalu Neng kembali pingsan. Dioleskan lagi dengar air dalam botol minuman keras
tadi Neng sadar. Ketika sadar itu Neng sama sekali tidak mengingat apa saja
yang barusan ia alami. Kami hanya tersenyum. Teman Neng menjelaskan
kronologisnya. Setelah Neng tenang , aku hanya memastikan kepada Neng mengapa
dia sering kumat begitu ternyata memang Neng jarang sekali sholat dan suka
melamun . Saat ini pun Neng sedang menstruasi dan otomatis tidak melakukan
kegiatan ibadah apa pun.
Ada – ada saja
kejadian siang ini. Ada rasa takut namun
geli. Begitu banyak hikmah yang bisa kita
ambil dari si Neng yang menjadi korban Bapaknya sendiri karena jimat. Mengapa
kita tidak mempercayai ketentuan dan ketetapan Allah SWT. Bukankah syirik itu
dosa besar. Hanya kapada Allah SWT tempat kita berserah diri. (Kisah Anak Muridku yang Menjadi Korban
Jimat Bapaknya)
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin