Pengen Punya Adek Baru
Usia
perkawinanku memasuki lima tahun.
Setahun lebih tua dari usia putri pertama kami Nawra. Kami tinggal di komplek
perumahan Sopo Indah jalan Halmahera Bengkulu. Sekitar 10 Kilometer dari pusat
kota. Rumah yang mungil dan masih terkesan desa, hehehe.Sebab masih banyak dijumpai kebun.Di sebelah rumah dan
seberang rumahku saja masih ada kebun. Indah sekali setiap pagi bisa melihat
yang hijau-hijau. Kalau kepepet gak
punya sayur. Bisa langsung memetik di kebun. Rumah kami bakground-nya pemandangan Bukit Barisan loh. Akan terlihat sangat indah apalagi jika sehabis hujan di malam
hari. Pada saat matahari muncul. Pemandangan itu menjadi semakin menawan.
Saat ini Nawra berusia 4,3
tahun.Anak ASI yang hebat dan sudah pandai berdebat denganku. Hampir tiap hari
selalu saja ada yang kami bahas dan kadang sering kali membuat aku kaget, lucu
tapi ya juga mikir. Kok bisa Nawra
punya pikiran seperti itu. Tak disangka-sangka. Aku akan berbagi cerita tentang
kelucuan itu, banyak sekali sih tapi
aku akan memilihkannya salah satu saja ya dari setumpuk kisah gokilku
bersama Nawra. Si anak Play Grup yang selalu mampu membuat
hatiku riang, meskipun kadang capek mengurusinya seharian. Awalnya semua ini
berawal dari keinginan Nawra untuk punya adek
bayi. Dia ngotot sekali pengen punya adek. Kata dia masa cuma dia yang belum punya adek. Teman-teman dia sudah punya adek . Belum lagi kerabat lain yang seusia Nawra, rata-rata memang sudah
punya adek. Bingung juga ngadapin celotehan Nawra saban hari
semua berkaitan dengan keinginannya punya adek.
Untuk
memenuhi keinginan dan kerinduan Nawra akan hadirnya seorang adek, kami membelikan Nawra berbagai
buku bacaan yang berkaitan dengan adek.
Membelikan dia boneka, kemudian aku meminta dia yang mengurus, memberi makan
dan melakukan banyak hal yang bekaitan dengan adek itu. Hal ini dimaksudkan untuk melatih mental Nawra jika punya
adek nanti. Tapi hal itu belum mampu
memupuskan keinginan Nawra untuk punya adek.
Emangnya gampang punya adek, mesti
hamil, melahirkan dan ada tahapannya, iya
kan! Tapi yang namanya anak-anak mana tahu dia soal yang begituan. Pengen punya adek.Titik!
Kalau
kita punya adek, nanti adeknya tidur sama siapa tanyaku kepada
Nawra, pada suatu sore “tidur dengan Umi-lah kan adek masih nenen” Aku
mengangguk.”jadi Mbak Nawra tidur sendiri ya” Dia diam ,“gak berani, kan masih
anak-anak.” Aku tersenyum, “ya, udah kalau begitu bobok sama Abi aja ya!” Dia
kaget “masa bobok sama laki-laki.Kan Nawra perempuan bobok sama Umi juga yak!”
“Trus adeknya gmana ?” Dengan serius Nawra
menjelaskan “Umi boboknya di tengah di sebelah kiri adek dan di sebalah kanan
Nawra.!” Ah, ini akal-akalan dia saja. Selalu ada ide dia dalam mengatasi
keadaan. Pokoknya dia gak mau dirugikan.
Sore
ini kami mau bezuk teman yang usai melahirkan. Nawra sudah siap dengan kadonya
untuk adek bayi. Kami berjalan menuju
ruangan dimana temanku dirawat. “Ini rumah sakit anak-anak ya Mi. Kok anak-anak
boleh masuk, ada adek bayi lagi.” Oh,
iya aku baru ingat kalau dulu pernah dia ikut membezuk teman Neneknya. Dan dia gak boleh masuk.
“Kenapa
adeknya gak dikasih nenen Mi sama Ibunya?” Aku menarik Nawra duduk di
sebelahnku. Teman aku itu mendengar pertanyaan Nawra yang belum sempat aku
jawab. “belum bisa nenen karena air susu-nya belum keluar” Temanku menjelaskan
sekenanya.”
“kasian
adeknya minum susu sapi, memangnya anak sapi apa!” Hah, kami semua terperanjat . Aku malu sekali, jangan sampai
perkataan Nawra tadi menyinggung perasaan temanku tadi. Aduh, gawat ini.
Untungnya temanku itu mengerti dan maklum. Ada-ada saja Nawra.
Itu
cerita ketika di rumah sakit. Nah,
pas ada surat undangan di rumah Nawra kembali bertanya. Menikah itu apa, tanya
dia waktu itu. Saat itu aku belum bisa menjelaskannya dengan pas. Jadi saat ada
keponakanku menikah. Aku ajak saja Nawra biar sekalian melihat langsung.
Harapanku dengan melihat penganten secara
langsung dia bisa memahami sesuatu. Eh,
alih-alih dia ngerti. Dia malah
berulah heboh dan bikin aku malu sekaligus bingung. Mau tau apa yang ditanyakan
Nawra, simak ya jangan sampai ketinggalan, hihihi.
“kenapa
Mi orang mau menikah”
“Biar
punya anak yang cantik kayak Nawra”
“Kalo
anaknya laki-laki kayak Abi, bukan cantik Mi tapi ganteng!”Aku mengiyakan
dengan mengangguk,”oh, iya ya” Seketika
ada temanku yang menyapa dan menanyakan keadaan suamiku. Lantas Nawra bertanya.”
suami itu apa” . Aku jelaskan apa itu suami dan apa itu istri. Biar sekalian
Nawra paham.” Umi disebut istrinya Abi. Begitu juga Abi itu suaminya Umi.”
Nawra terkekeh.”Trus kapan Nawra punya suami Mi?”
“
Ya ,nanti kalau sudah besar “ Kami selanjutnya makan dan bercengkrama dengan sanak
keluarga. Tertawa, bercerita dan saling menyapa. Mumpung lagi kumpul, jarang
banget karena kami menetap di lain kota. Aku duduk dengan kakak sepupuku, tiba-tiba
Nawra menjawil tanganku “Mi, Uwak ini mana suaminya” mendengar hal itu kontan
saja muka Uwakku langsung memerah. Aku menutup mulut Nawra cepat kuatir ia akan
mengajukan pertanyaan lebih. Aku cuma menggeleng dan mengucapkan ma’af kepada
kakak sepupuku tersebut.Bagaimana tidak dalam usia yang tidak muda lagi kakakku
itu belum juga menikah. Mana berani kami membahas soal jodoh dengan dia, bisa
kena semprot nanti. Itu hal yang sensitif, tapi Nawra. Ah, aku malu sekali dengan ulah Nawra barusan.Tapi mau gimana lagi.
Sesampai
di rumah kami duduk santai di ruang keluarga. “Mi, nanti kalau Nawra menikah
punya suami ya.Trus hamil dan
punya anak ya Mi” aku mengangguk membenarkan ucapannya barusan.Sesuai
dengan yang kujelaskan tadi di pernikahan ponakanku. Wah, Nawra mulai
memahami tentang apa itu menikah,
pikirku.Asik, kemajuan.
”
Kalau begitu biar Umi bisa hamil dan Nawra punya adek.Umi nikah dulu!” Aku dan
Suami yang sedang nonton diantara kami langsung tertawa terbahak-bahak. Aku
sempat terpana dengan ucapan Nawra barusan. Aku sendiri gak menyangka Nawra akan berkata demikian. Ah, anak kecil kadang susah dipahami. Padahal siapa coba yang
menjarinya berkata demikian.Semua jauh dari perkiraanku. Bikin gemes aja.
Aksi
Nawra minta adek itu, akhirnya membuat
aku dan suami berusaha lebih keras lagi.Ya, misalnya saja konsultasi dengan
dokter. Seperti yang kami lakukan sore ini.Kasian juga Nawra selalu merenggek
minta adek. Pernah dia bilang dengan
suaminya untuk dibelikan adek saja
kalau nanti pas dia ulang tahun. Tak lama suami lantas membelikannya boneka
kaki panjang. Namun Nawra menolak. Adek
yang bisa bicara, pintanya waktu itu. Lalu Abi membelikan Nawra boneka yang
bicara. Nawra kembali menolak.Ini adek mainan Abi,kata dia waktu itu. Aduh, kami dibuatnya semakin merasa
bersalah dan bingung “mau adek yang bisa diajak ngomong, diajak maen, yang bisa
di cium, bisa dipakaiin baju dan adek yang kayak manusia seperti Nawra!” Twet-twet.
Ditempat
dokter, awalnya dia takut karena Nawra pikir yang akan diobati itu dia. Baru
mau masuk ke ruang pendaftaran saja dia sudah ketakutan dan memelas minta pulang. Kami berusaha untuk menahan dan
menjelaskan.Untungnya di depan ada ayunan, jadi Nawra bisa dibujuk dengan
mainan itu. Kami menunggu, duduk di dekat kami ada sepasang suami istri. Dari
obrolan itu ternyata mereka sudah lama menikah tapi belum punya anak. Nawra
bertanya kepadaku, apakah mereka sudah menikah. Lantas dengan suara yang agak
keras dia bertanya,” kenapa Mi, tante itu belum punya anak? Kan dia sudah
menikah? Kok belum ada anaknya” Terlihat wajah wanita yang dimaksudkan oleh
Nawra seketika berubah. Dia salah tingkah. Tersenyum tipis yang dipaksakan.”ya
itu, makanya Tante datang ke dokter, biar bisa punya anak. Kayak Mbak yang
cantik ini, namanya siapa?”
Tiba giliran kami dipanggil. Semua ikut masuk
ke ruang periksa dokter.Setelah wawancara singkat kemudian perut aku di USG
oleh dokter.Nawra seketika bertanya dengan suami.”ada adeknya Bi?” dokter
tersenyum” Kenapa ,pengen punya adek ya. Banyak berdo’a ya “ Nawra cuma diam
dan cengengesan mendengarkan perkataan dokter. Lalu kami mendengarkan nasihat
dokter dengan seksama. Tiba-tiba Nawra nyeletuk,”buat aja Mi adeknya dengan
dokter ini! Kami seketika menoleh ke
arah Nawra termasuk dokternya. “maksudnya gimana Mbak?” tanyaku.Dia tersenyum
kecut,”kan..kan dokternya bisa bikin adek Mi, jadi kita beli aja karna Uwa udah
gak tahan lagi” Dengan ekspresi tanpa dosa Nawra mengatakan semua itu di
hadapan kami. Suara khas anak-anak yang masih belum fasih, membuat kami semua
yang ada di ruang dokter itu tersenyum geli.
“
Kenapa Nawra gak tahan lagi” tanya dokter
Tanpa
rasa bersalah dijawabnya “iya ...iya karna Umi gak mau nikah sama Abi jadi
susah Uwa mau punya adek. Uwa gak ada temannya di rumah” Hah!
“Oh,trus?”
tanya dokter lagi
Nawra
tersenyum menampakkan giginya yang tidak rata, “Uwa kan dipanggil Mbak, padahal
kan Uwa belum punya adek. Masa dipanggil Mbak, Uwa gak mau. Uwa mau dipanggil
Adek! Uwa mau dipanggil adek aja. Uwa malu kalo ditanya teman Wa, Adeknya mana,
kok dipanggil Mbak sih?” Nawra
berteriak berkali-kali,”Uwa gak
mau...gak mau!” Teriakkan khas caranya
anak-anak.
Kami
semua tertawa melihat polah tingkah Nawra barusan.Oh, jadi ini alasan dia sebenarnya mengapa dia pengen banget punya adek.
Selama ini kami gak kepikiran soal
ini. Ternyata karena perasaan malu ditanyain teman-temannya yang mendorong
Nawra ingin sekali punya adek.
Padahal sapaan Mbak, itu memang aku lekatkan untuk melatih dia kalau punya adek nanti. Ternyata ini yang menjadi
masalah bagi Nawra. Duh, anak-anak
memang penuh misteri. Mampu membuat kita terhibur dan tertawa melihat
ulahnya.
1 comment
amasya
BalasHapusantalya
antep
ardahan
artvin
LGQV3F
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin