Adek Athifah dan Kakak Nawra |
17 juni 2013, adalah hari yang tak bisa
aku lupakan. Hari yang menegangkan. Ya, aku melahirkan bayi ketiga , seorang
gadis manis dan dilahirkan secara normal di klinik bidan Kurnia Sari di daerah
Balai Buntar, Bengkulu. Peristiwa yang menyenangkan bagi aku dan keluarga besarku.
Jadi hari ahad itu , aku bersama putri
pertamaku Nawra dan dua ponakankku Naila dan Zaki jalan pagi menyusuri jalan
sepi dan kecil sepanjang depan rumah nenek Nawra, kami melewati barisan
pertokoan kawasan jalan Soeprapto sampai ke pasar Minggu di jalan KZ . Abidin
1. Hari itu kami makan cukup banyak, Lontong, Bakso dan Bubur sumsum.
Kami berjalan berempat dengan riang
gembira, Nawra mengajak serta skuternya. Mereka bergantian memakai skuternya
tanpa ada keributan. Anak-anak sudah mulai akur, ya meski usia mereka hanya
bertaut setahun, usia TK, kelas satu dan dua SD. Dan ini bukanlah jalan-jalan
pagi kami yang pertama. Sejak memasuki usia kehamilanku yang ke sembilan, saban
pagi aku harus jalan pagi dan sore harinya minum es kelapa muda. Siang hari
makan Nanas. Semua itu diyakini bisa membantu membersihkan kulit bayi dan
melancarkan proses persalinan. Kalau sedang libur, anak-anak itu ikut serta
jalan-jalan bersamaku. Kalau di luar jadwal libur, aku sering mengajak mereka
berjalan selepas Asar, kadang kami ngemol saja, hehehe! Yang penting jalan.
Lumayan berjalan hari ini, sehingga aku
cepat tidur dan terlelap. Namun aku terbangun kembali jam setengah dua belas
malam. Kuperhatikan celana dalamku basah seperti ngompol. Puiih, masa aku
mengompol. Segera aku ke kamar mandi untuk membasuh diri, saat di kamar mandi terlihat
ada becak darah, seperti ada perdarahan. Wah, ini sepertinya tanda mau
melahirkan dan waktunya sudah tak lama lagi. Kuperhatikan cairan yang merembes
ke celana dalamku. Ini, bukan air kencing, tapi sepertinya air ketuban.
Jumlahnya juga lumayan banyak karena merembes ke seprai. Setelah membersihkan
diri, aku langsung menelpon klinik bersalin dan bercerita kronologis
kejadianku. Akhirnya diputuskan untuk segera datang ke klinik. Aku membangunkan
pamannya Nawra dan neneknya, untuk bersiap dan membantu mengantarkanku ke
klinik. Alhamdulillah , semua perlengkapan bayi baru lahir dan ibu bersalin sudah
aku persiapkan di dalam keranjang. Jadi tinggal diangkat saja. Ini kebetulan
aku sedang menginap di rumah nenek Nawra sedangkan Abinya sedang pulang ke
rumah kami. Segera kutelpon suami dan meminta beliau segera datang menyusul ke
klinik.
Kami sampai di klinik jam satu malam,
semua sudah dipersiapkan oleh bidan dan asistennya. Aku diperiksa dan harus
dipasang infus karena kuatir lemas karena sudah pecah ketubannya. Rasa sakit
atau kontraksinya semakin terasa namun jaraknya masih agak lama ya .sekitar
sepuluh menit lalu sakit lagi. Reda lalu sakit lagi. Alhamdulillah. tadi di
rumah aku sudah BAB dua kali sehingga tak perlu dilakukan tindakan pembersihan
rektum.
Setelah diperiksa dan dipasang infus,
akhirnya aku dipindahkan ke kamar biasa, sambil mereka mengawasi
perkembanganku. Rasa sakit kian menjadi seiring dengan keinginan kencing yang
besar, jadi aku bolak-balik kamar mandi sambil memegang infus. Ribet juga,
namun suami selalu siap siaga. Selama kencing, darah juga ikut keluar namun
jumlahnya sedikit sekali. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi, bunda bidan
seniornya datang , melakukan pemeriksaan dalam. Menurut perkiraan beliau, bayinya akan
lahir sekitar jam sepuluh pagi. Wow, lama sekali, pikirku. Makin lama aku harus
menahan rasa sakitnya. Aku mulai agak sedikit stress dan berdo’a semoga semua
baik-baik saja.
Setelah aku diperiksa, bunda pamit mau
salat tahajud dan sahur puasa sunah senin kamis. Iya, ini klinik bidan
berdekatan dengan tempat tinggal bunda bidannya. Jadi semua aktivitas rumah dan
klinik bisa berjalan barengan. “ Saya akan salat hajat untuk mendoakanmu nak, “
ucap Bunda kalem!
Aku periksa dengan bidan ini baru satu
kali, sekitar satu pekan yang lalu. Atas rekomendasi seorang teman setelah
mendengarkan cerita galauku dimana akan melahirkan nanti. Aku berharap dan bisa
melahirkan dipegang oleh DSOG Yudo yang memang memeriksaku sejak awal aku hamil.
Namun melihat jadwal beliau yang lumayan padat, akhirnya aku memutuskan untuk
mencari klinik bidan yang aman dan nyaman. Ya, pilihannya jatuh ke bunda ini. Selain
dia bidan senior, sifat keibuannya membuat aku nyaman seolah dilayani dan
dibantu oleh ibuku sendiri.
Selama proses itu, aku diawasi dan
ditemani oleh asisten bunda, bidan juga yang ternyata menantunya dan seorang
bidan praktek sekolah. Rasa sakit kian menjadi dan datangnya lebih sering. Aku mengerang
dan menahan rasa sakit sambil berpegangan tangan dengan dengan suami. Dalam kondisi
seperti ini aku tak mau diajak ngobrol, diberikan tindakan apa pun. Misalnya,
suami mengosok-gosok punggungku, atau mengelus kepalaku. Aku tak suka karena
itu membuat aku tidak nyaman. Aku suka suasana yang nyaman dan tanpa suara. Suami
paham tabiatku tersebut, jadi dia hanya duduk diam sambil berzikir di
sampingku. Dan sesekali menahan tanganku yang menggenggam tangannya yang erat
dan kuat.
Waktu subuh baru datang, suami
berpamitan mau ke masjid. Ya, sekitar jam lima kurang. Nawra juga ikut serta ke
masjid. Aku akhirnya memilih untuk mondar-mandir di ruangan saja. Sambil menikmati
rasa sakit.
Setelah itu, bunda memindahkan aku ke
ruang persalinan, semua alat-alat sudah siap sedia. Aku diperiksa , kata bunda
baru pembukaan lima. Ya, Allah butuh lima pembukaan lagi, desisku. Waktu terasa
lama sekali. Suami duduk pas di atas kepalaku. Kali ini aku tidak berpegangan
tangan lagi dengan dia, namun aku memilih untuk memegang kepala ranjang yang
terbuat dari kayu untuk berpegangan. Aku miring ke kiri, dan itu sangat membantu sekali proses penurunan kepala bayi.
Sakitnya kian menjadi-jadi. Aku berpegangan pada kepala ranjang setiap sakitnya
datang. Jika tadi di awal rasa sakit aku selalu istiqfar, tahmid dan tahlil
dengan agak mengeraskan suaraku. Kali ini akau ganti dengan menghypnotis
diriku sendiri dalam hati. Sambil membaca istiqfar, tahlil dan tahmid akau
berkata. Ayo nak, kita harus yakin, bahwa kita akan lahir normal dan semua akan
baik-baik saja. Bantu Umi ya nak, untuk mendorong dedek bayi keluar dengan
cepat. Dedek bayi harus kuat karena Allah bersama kita. Ayo dek kita berjuang
bersama-sama. Kalimat itu aku ucapkan berkali-kali. Dan hasilnya memang jauh
lebih menenangkan daripada ketika aku lafaskan tadi.
Tak lama, aku terasa ingin mengedan,
dan setiap mengedan itu keluar air bercampur darah, setelah agak tiga kali
kejadian. Aku beritahu suami, untuk memanggil bidan dan beritahu mereka
sepertinya aku akan melahirkan.
Aku diajarkan oleh bunda bidan untuk
mengejan. Meletakkan kedua tanganku di lipatan paha. Karena tangan kanan di
infus jadi hanya tangan kiriku saja yang bisa melakukannya. Lalu tarik napas
dan mengejan dengan posisi pantat tidak boleh diangkat. Hal ini untuk menghindari
terjadinya robekkan saat mengejan. Posisi kepala boleh diangkat dengan
pandangan mata tertumpu kepada pusat. Aku
mencobanya, namun masih salah juga, hehehe. Meski sudah ke sekian kali, namun
tetap saja perlu belajar lagi.
Saat belajar mengejan begitu, salah
satu bidan asistennya berkata,
“ Ibu, harus semangat ya, ini rambutnya sudah kelihatan, anaknya sudah mau keluar Bu!”
“ Ibu, harus semangat ya, ini rambutnya sudah kelihatan, anaknya sudah mau keluar Bu!”
Tak lama aku muai merasa ingin mengejan
kembali, segera aku bersiap dan melakukan tindakan yang diajarkan tadi. Terdengar
suara.
“ Semangat Bu, Semangat Bu! Sedikit lagi, iya sudah-sudah teriak mereka bersamaan !”
“ Semangat Bu, Semangat Bu! Sedikit lagi, iya sudah-sudah teriak mereka bersamaan !”
Aku termenung seiring dengan rasa sakit yang bagaikan sulap
menghilang seketika.
“ Hai, kenapa termenung. Bayinya sudah lahir. Perempuan , “ kata Bunda tersenyum
“ Hai, kenapa termenung. Bayinya sudah lahir. Perempuan , “ kata Bunda tersenyum
“ Oh, sudah selesai ya Bun, “ Ucapku pendek.
Tak kusangka kalau secepat itu, kupikir tadi
masih belajar mengejan. Oleh Bunda, bayinya setelah dibersihkan, dihisap lendir
dan kotoran di dalam mulut si bayi. Si dedek diangkatnya dan diciumkannya ke
mukaku yang masih kaget. Lalu dedek bayi diberikan baju dan bedongnya siap
untuk di iqomatkan oleh suami.
Aha,
rasanya tak karuan, sebentar sekali proses melahirkanku kali ini. Dengan proses yang
begitu tenang dan nyaman ini, aku menamai persalinanku dengan enjoy. Tak ada
luka robekan apalagi harus dijahit. Hmmm, terima kasih ya Allah, suami, keluarga dan teman-teman atas doa
kalian semua.
Dan hari ini, 17 juni 2013, aku melahirkan dengan enjoy
seorang bayi perempuan yang cantik. Putri keduaku. Anakku yang ketiga. Yang kami
beri nama ATHIFAH SHIDIQQI KHALILAH. Dengan Berat badan 2,6 Kg. Panjang badan 5,2 cm. Secara normal
tepat di pukul 07.30 Wib. Dengan selamat dan lancar jaya.
Dan, sore harinya selepas Asar kami boleh pulang ke rumah karena semua berjalan lancar dan normal ^^
Dan, sore harinya selepas Asar kami boleh pulang ke rumah karena semua berjalan lancar dan normal ^^
9 comment
Dan hari ini, 17 juni 2013, aku melahirkan dengan enjoy seorang bayi perempuan yang cantik. Putri keduaku. Anakku yang ketiga. Yang kami beri nama ATHIFAH SHIDIQQI KHALILAH. Dengan Berat badan 2,6 Kg. Panjang badan 5,2 cm. Secara normal tepat di pukul 07.30 Wib. Dengan selamat dan lancar jaya.
BalasHapussemoga menjadi anak shalihah. Amin
BalasHapusterima kasih ya mbak doa indahnya. semoga terkabulkan. aamiin
Hapusselamat ya bunda :)
BalasHapusiya mbak, terima kasih
Hapussalam sayang ^^
Meski sudah melahirkan berkali-kali masih saja lupa gimana cara mengejan yang baik dan benar ya Bun sehingga mesti diajarin lagi. Saya begitu waktu melahirkan anak ke-3. Duuuhh, kayak gak pernah melahirkan saja. Bolak-balik dikasih tahu sama bidannya, hihihi ... Barokallah, semoga Shidiqqi Khalilah menjadi anak sholehah, permata kebanggan ortunya, aamiin ya Robb :)
BalasHapushehehe, betul mbak, ternyata sudahs ering dan banyak melahirkan un tak menjamin kita pandai dan menguasai dgn baik tahapan persalinan, seruu tapi ya mbak ^^
Hapusterima kasih ya mbak atas do'anya ^^
Selamat ya mbak Milda...^^ anaknya cantik^^
BalasHapusIya mbak, terima kasih
Hapusanaknya mirip bapaknya semua , hehehe
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin