Penentuan
Metode Penyuntingan
Metode naskah tunggal
berbeda dengan metode dalam edisi naskah yang lebih dari satu (naskah jamak) – lihat Kegiatan Belajar 2 (Metode Penyuntingan)
Penentuan
Umur Naskah
Ada dua faktor dalam
menentukan umur naskah, yaitu faktor internal adalah kalau informasi berasal
dari naskah itu sendiri dan faktor eksternal, adalah apabila informasi yang
diperoleh dari luar naskah. Faktor internal meliputi kolofon, cap kertas (water
mark). Untuk melihat cap kertas caranya mengangkat kertas dan dipantulkan ke
cahaya. Di situ terlihat gambar, dan gambar itulah yang digunakan sebagai dasar
penentuan umur naskah. Di sekitar gambar sering ditemukan inisial atau tahun
atau tulisan lain. Inisial dan tahun di luar cap kertas disebut cap kertas
tandingan (countermark). Faktor eksternal yang dapat digunakan untuk menentukan
umur naskah adalah sejarah penyimpanan naskah. Suatu lembaga biasanya mempunyai
catatan kapan mereka menerima naskah yang menjadi koleksinya.
Transliterasi,
akan
diuraikan pada bagian lain
– lihat Kegiatan Belajar 2 (Metode Penyuntingan)
A. Kritik Teks
Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani
krites berarti ‘seorang hakim’ atau krinein berarti ‘ meghakimi’ atau kriterion berarti ‘dasar penghakiman’.
Filolog dalam memberikan kritik harus mencari teks yang paling asli, yaitu teks
yang ditulis oleh pengarangnya disebut autograf.
Kritik teks pada awalnya dilakukan terhadap teks alkitab di Eropa. Untuk dapat
menemukan teks aslinya, filolog harus membandingkan naskah untuk dikonstruksi
dari beberapa naskah yang ditemukannya. Konstruksi itu dilakukan dengan asumsi
bahwa penyalinan teks terus berlangsung. Dalam perjalanan penyalinan itu naskah
mengalami perubahan. Rangkaian penurunan yang dilalui suatu teks secara turun
temurun disebut tradisi.
Penyalin dalam bekerja ada yang hanya
menyalin saja tetapi ada pula yang menambahkan atau mengebubahnya. Hal itu
terjadi baik sengaja, yaitu karena ingin menyesuaikan denan masyarakat dan zamannya
atau tidak sengaja karena kelalaian penyalinnya. Perubahan karena kelalaian ini biasanya
menimbulkan kesalahan dalam teks dan menyebabkan terjadinya varian, yaitu di dalam teks terdapat
perbedaan-perbedaan kecil, tidak mengubah isi teks dan ditemukan dalam teks
yang sejenis dan versi, yaitu di
dalam teks terdapat perbedaan agak besar, misalnya jalan cerita sudah berbeda
ditemukan dalam dalam teks yang sejenis.
Robson (1978:35) menyatakan bahwa
kriteria untuk mendapatkan suatu teks itu varian atau versi ditentukan adanya
kesalahan-kesalahan yang mencakup:
1) Ditemukan
metrum dalam puisi dengan corak tertentu, maka harus dicek apakah varian cocok
dengan metrum tersebut. Jika tidak cocok maka dapat ditentukan bahwa varian itu
termasuk kesalahan.
2) Apakah
varian merupakan perkataan yang dikenal dari tempat (teks) lain? Kalau tidak
ditemukan di teks lain, mungkin hal itu salah atau mungkin varian itu
satu-satunya tempat perkataan yang dipakai. Satu-satunya tempat dipakainya
perkataan itu disebut hapax.
3) Apakah
varian itu sesuai dengan konteks cerita atau gaya bahasanya dan tidak
bertentangan dengan latar belakan kebudayaan atau sejarah? Kalau ditemukan
ketidaksesuaian, mungkin varian itu salah.
Sedangkan
Renold dan Wilson (1974) kesalahan yang terjadi dalam penyalinan teks dibagi
atas enam macam, yaitu:
1) Kesalahan
disebabkan oleh tulisan tangan dalam teks aslinya kurang jelas sehingga
penyalin mengacaukan dengan huruf yang mirip;
2) Adanya
pergeseran lafal sehingga penyalin cenderung mengubah ejaan aslinya;
3) Adanya
penghilangan beberapa huruf yang disebut haplografi (haplography). Hal ini terjadi karena mata penyalin melompat maju
dari satu perkataan ke perkataan yang sama yang disebut saut de mem au meme.
4) Adanya
tambahan beberapa huruf atau kata yang diulang oleh penyalin yang disebut
ditografi (dittography)
5) Adanya
penukaran pemakaian huruf terbalik atau baris puisi tertukar
6) Adanya
penukaran perkataan karena pengaruh perkataan lain yang baru saja disalin
sehingga meniru bentuknya.
Filolog dalam meneliti
teks dapat menggunakan metode stema,
yaitu metode yang bertujuan untuk mendekati teks asli melalui data-data naskah
dengan cara melakukan perbandingan teks
(Robson, 1978:37). Yang dimaksudkan teks asli ialah teks yang sudah menurunkan
semua naskah yang masih ada. Naskah seperti itu disebut arketip (archetype) dan arketip tidak perlu
identik dengan ‘autograf’ (teks yang ditulis pengaranya). Dalam menelusuri
teks, filolog dapat melakukan perbaikan atas kesalahan atau kerusakan dalam
teks, perbaikan itu disebut emendasi.
Contoh merekonstruksi
naskah, yaitu (1) Naskah yang masih ada diberi nama dengan huruf Latin kapital:
A,B.C dst.; (2) Aketip dan hiparketip diberi nama dengan huruf Yunani, arketip
diberi nama omega, hiparketip diberi
nama alpa dan beta. Contoh gambarnya periksa halaman 5.16.
Metode Penyuntingan
A. Metode Edisi Naskah Tunggal
Untuk
menentukan naskah tunggal (codex unicus),
Robson (1994:21) mengemukakan dua metode, yaitu:
1) Edisi
diplomatik, adalah metode dengan cara menyajikan teks dalam bentuk yang
semurni mungkin, cara kerjanya dengan reproduksi fotografis, naskah difoto apa
adanya tanpa mengubah sedikit pun.
2)
Edisi biasa (standar), yaitu metode
dengan cara memasukkan campur tangan peneliti dalam penyuntingan (Robson,
1978). Dalam metode ini penyunting sudah membetulkan kesalahan teks, sudah
mengalihaksarakan, membagi kata, menandai kata dengan huruf kapital dan ejaan
telah disesuaikan dengan ejaan yang dikenal pembaca.
3)
Metode Edisi Naskah Jamak, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: a) Metode landasan, yaitu metode yang
dilakukan apabila menurut penafsiran peneliti di antara naskah yang diteliti
berbeda nilainya. Nilai itu mencakup: penggunaan bahasa, isi, dan umur naskah
yang diteliti. Peneliti memilih naskah disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai. b) Metode Gabungan, yaitu
metode yang diterapkan jika naskah lebih dari satu dan kualitas naskah hampir
sama. Disebut metode gabungan karena peneliti menggabungkan beberapa bagian
dari naskah yang satu dan beberapa bagian lain dari naskah yang lainnya. Metode
ini jarang dilakukan karena resikonya lebih besar. Dalam metode ini, peneliti
seolah-olah menciptakan sebuah teks baru yang berbeda dengan teks-teks asli
yang dipakai.
Robson
(1994:2) menambahkan metode yang lain, yaitu metode kritis jika filolog telah
melakukan perbaikan teks. Metode ini diterapkan pada naskah tunggal dan jamak
hanya disesuaikan dengan tujuan.
B. Transliterasi
Transliterasi
diartikan alih aksara adalah pemindahan macam tulisan yang dipakai dengan yang
lainnya sedangkan transkripsi adalah pemindahan tulisan, semacam salinan atau
kopi.
1. Pertanggungjawaban
transliterasi, hal-hal yang dipertimbangkan sebagai pertanggungjawaban
transliterasi:
a) Perbedaan
bacaan (melalui perbandingan naskah), ditempatkan pada apparatus kritikus.
b) Ejaan
harus dijelaskan
c) Jika
terdapat dua bentuk kata, maka harus dipilih satu kata saja. Bentuk yang
dijelaskan dan diberikan contohnya
d) Perbedaan
nama diri, variasi bentuk tulisan dijelaskan pada bagian ini
e) Kesalahan
dan pembetulan harus dijelaskan, bagaimana pembetulannya
f) Hal-hal
yang dikurangi dan ditambahkan harus dijelaskan
g) Tanda
tanda khusus yang digunakan peneliti harus dijelaskan, misalnya (....)= tanda
penambahan; [....] = tanda untuk menghilangkan huruf atau kata; ...//... =tanda
pengalihan halaman dalam teks.
2. Pembagian
kata-kata, sering ditemukan dalam teks tidak ada pembagian/pengelompokan kata
atau tanda baca, maka perlu diadakan pembagian kata demi kata, kalimat demi
kalimat agar struktur kalimatnya jelas.
3. Ejaan,
harus dijelaskan. Bukan hanya ejaan yang digunakan tetapi juga dijelaskan ejaan
yang terdapat pada naskah asli.
4. Pendekatan
atau kajian, Robson (1994) menjelaskan
tugas filolog tidak hanya sampai pada kritik teks, metode penyuntingan, dan
transliterasi tetapi ditambahkan interpretasi atau penafsiran terhadap teks
yang disunting. Dalam mengkaji teks hal-hal yang harus diperhatikan: 1) teks
harus dianalisis sesuai dengan sifat-sifatnya sendiri, 2) teks harus diperiksa
pada latar kebudayaannya sendiri, dan 3) keanekaragaman teks perlu diselidiki
secara terpisah dari yang lain.
Kegunaan teks-teks (sastra tradisional) bagi masa
sekarang terutama meliputi bidang: 1) agama, filsafat, dan mitologi, 2) ajaran
yang bertalian dengan sejarah dan etika, dan 3) keindahan alam dan aspek lain.
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin