Sabtu, 26
Januari 2013. ªķΰ pulang tergopoh-gopoh dari acara nikahan yang hanya berjarak
tiga rumah dari samping rumah emak. Di acara itu ªķΰ menjadi penyambut dadakan
mendampingi bu erte, cie cie! Nafasku masih tersenggal maklum jaraknya emang terlihat
dekat namun jalannya menanjak yang bikin lutut bergoyang, capai. Tadi ªķΰ ijin
sama bu erte untuk menunggu Nawra pulang. Nanti akan ku ajak Nawra ke sini dan
ªķΰ kembali bertugas menjadi penyambut tamu. Nawra mungkin mau makan es kream
jatahku tadi. Soalnya dari tadi ditawari abang tukang es kream ªķΰ belum
mengambil jatah, hehehe.
ªķΰ menunggu kedatangan Nawra dan abinya di
ruang keluarga sembari menonton Televisi. Jam mulai bergerak ke angka dua
belas. Ada perasaan was-was kenapa mereka belum juga pulang. Karena sesuai
jadwal jam sebelas sekolah sudah usai. Tinggal lima belas menit lagi menuju
angka dua belas. Sayup terdengar suara deru motor di depan. Kayaknya itu suara
motor yang membawa Nawra dan Abinya. Angingengn ternyata benar. Dari jauh
terlihat Nawra cengengesan. Perlengkapan sekolahnya pasti tak dihiraukannya.
Jika tak diambil dan segera dimasukkan ke rumah. Barang-barang itu akan tetap
sampai sore bahkan esok pagi menggantung di motor, huhuhu.
Nawra
tersenyum, tangannya disembunyikan di bawah jilbab coklatnya pakaian pramuka.
"Ummi,Wa
ada kejutan untuk Ummi. Pejam mata dulu ya "
Seperti
biasa ªķΰ memejamkan mata sesuai permintaan Nawra. Ini bukan kali pertama, ªķΰ
bahkan sering sekali diminta Nawra untuk memejamkan mata.
Nenek dan
Abi cuma tersenyum melihat tingkah Nawra
Lalu keluarlah
benda kecil, panjang yang kutebak adalah pensil.
"Dapat
darimana pensilnya? Oh, beli ya? Pantas aja kalian lama sekali pulangnya"
Nawra
menggeleng, Abi pun mengiyakan dengan menggeleng juga.
"Bukan,
ini hadiah dari ustadzah karena Wa menang mendapatkan nilai seratus waktu lomba
bacaan salat di kelas"
ªķΰ tersenyum senang tapi penasaran juga
"Apa
iya? Siapa aja yang dapat hadiah pensil ini? Emang kakak kalau salat mau
mengeraskan bacaan salatnya?"
Nawra
mendekat dan duduk dipangkuanku. " Iya Ummi, cuma orang empat di kelas
yang mendapatkan hadiah pensil ini. Kami disuruh oleh ustadzahnya membaca
bacaan salat dengan keras-keras agar ustadzahnya tau dan kedengaran"
Kembali
Nawra tersenyum" Ummi ada uang uang ?
ªķΰ bertanya "untuk apa?"
Nawra kembali
tersenyum memelas. " Boleh Wa minta hadiah dari Ummi dan Abi. Kan Wa sudah
lancar bacaan salatnya"
ªķΰ dan abi Solihin terkekeh dan akhirnya
mencium Nawra dengan gemas. Bukan karna keberhasilan dia yang luar biasa ,
menurut kami sebagai orang tua Nawra. Tapi cara dia meminta hadiah itu loh :)
ªķΰ sangat senang sekolah terutama ustadzah dan ustadnya sangat memperhatikan
kemajuan anak didiknya. Acap kali memberikan hadiah. Meski kecil dan murah.
Namun siapa saja pasti suka jika mendapatkan hadiah apalagi anak-anak seperti
Nawra, pasti sangat senang.
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin