Edisi
Naskah Tunggal dan Kajiannya
A.
Contoh penelitian judul: Pak Belalang: Suatu Cerita humor Melayu,
oleh Maria Indra Rukmi diterbitkan di Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan
Sastra Indonesia dan Daerah, 1978. Naskah Pak Belalang merupakan naskah
tunggal, hanya terdapat di Koleksi Perpustakaan Nasional, Jakarta, menggunakan
metode edisi biasa (standar). Pada bagian ini disampaikan tujuan penelitian,
yaitu mencoba membandingkan teks Pak Belalang dengan cerita-cerita rakyat
sejenis, maksudnya cerita yang mempunyai unsur yang sama, yaitu unsur humor.
Bab II merupakan bagian analisis, yaitu Pak Belalang mempunyai tiga fungsi:
sebagai hiburan, alat pendidikan, dan alat untuk melakukan kontrol sosial.
Contoh cerita humor lain, yaitu Pak
Kadok, Pak Pandir, Lebai malang, si Luncai, Abu Nawas, Mahashodhak, Mat janin,
Musang Berjanggut.
B. Basimalin (Naskah Minangkabau)
Contoh
penelitian lain: Judul: Naskah Tradisi
Basimalin: Pengantar dan Transliterasi, oleh Suryadi, 1998, Jakarta:
Program Penggalakan Kajian Sumber-sumber Tertulis Nusantara, Fakultas Sastra
UI. Edisi naskah ini menarik, karena berasal dari tradisi lisan Minangkabau.
Bagian
Pendahuluan (BabI) menjelaskan bahwa kesastraan Minangkabau pada
hakikatnya hidup dari tradisi lisan,
maka banyak naskah yang diturunkan dari tradisi lisan, contoh naskah Kaba Malin
Demam yang dijadikan objek penelitian. Naskah ini diturunkan dari tradisi
basimalin, yaitu tradisi resitasi yang dilakukan oleh beberapa lelaki dan
perempuan dewasa yang mendendangkan sebuah cerita. Naskah ditulis dalam aksara
Jawi dengan bahasa Minangkabau dialek Payakumbuh. Dalam resitasi ini didendangkan
kisah Kaba Malin Demam dengan motif ceritanya hampir sama dengan jaka tarub,
cerita lisan Jawa atau Rajapala, cerita lisan Bali. Dalam cerita itu dikisahkan
seorang pria bumi yang menikahi bidadari dari kayangan.
Bab
kedua, berisi pembahasan konteks sosial dan pertunjukkan basimalin. Dalam di pertunjukkan hanya disajikan satu cerita,
yakni Kaba Malim Demam yang didendangkan berdasarkan isi naskah. Pada saat
pertunjukkan, naskah diletakkan di depan seorang tukang simalin yang
berdendang. Pertunjukan biasanya pada malam hari, pkl 21.00-04.00. Basimalin
biasanya ditampilkan pada upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan,
seperti perkawinan, kelahiran bayi, anak turun mandi, dan sunatan. Teks yang
disunting berbentuk prosa liris. Naskah itu milik perorangan, bernama Suhaimi
Dt. Majo Basa yang usianya sekitar 70 tahun. Suhaimi menyalin naskah Dimin
Dt.bajo Basa yang lahir 1901, meninggal 1977. Dimin Dt. Majo berasal dari desa
Aia Putiah, Lubuk Bangku. Naskah milik Dimin sekarang sudah tidak ditemukan
lagi. Dalam naskah ditemukan kata arkais yang sudah jarang dikenal lagi oleh
masyarakat Payakumbuh, cukup aneh atau asing bagi telinga Minangkabau, dapat
disimpulkan diduga teks tersebut usianya cukup tua.
C. Serat Panji Angreni (Jawa)
Contoh
penelitian lain berjudul: Aspek
Kesastraan Serat Panji Angreni, 1998, Karsono H. Saputra, Jakarta: Fakultas
sastra UI. Naskah yang dijadikan objek penelitian berjudul KBG 185, koleksi Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Dalam analisisnya digunakan pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang bertitik
tolak pada teks sastra. Tujuan yang akan dicapai ada dua, yaitu 1)
mendeskripsikan unsur-unsur yang membentuk tatabangun teks KBG 185, dan 2) menemukan
hubungan antar unsur pembentuk tatabangun teks tersebut. Untuk mencapai tujuan
digunakan teori strukturalisme Todorov, dengan melihat aspek sintaksis,
semantis, dan verbal. Ketiga aspek diuraikan dalam bab-bab tersendiri. Menurut
peneliti Serat Panji Angreni merupakan salah satu versi dalam korpus cerita
panji. Versi Cerita Panji yang lain, yaitu Panji
Jayalengkara, Panji Priyembada, Panji Dewakesuma, dan Panji Jaya Kesuma. Serat Panji Angreni menurut peneliti, terekam
dalam 12 naskah. Ke-12 naskah tersebut tersimpan di berbagai tempat.
Misalnya Perpustakaan Nasional Jakarta
Menyimpan dua naskah, Fakultas Sastra UT
Depok menyimpan tiga naskah.
Tokoh
yang dikaji: Sekartaji, Prasanta, dan Andayaprana.
Serat
Panji Angreni, meskipun merupakan naskah jamak (lebih dari satu), diperlakukan
sebagai naskah tunggal. Hal itu dilakukan karena naskah yang lain tidak mungkin
terjangkau dalam penelitiannya, dengan alasan: (1) karena tempat penyimpanan
yang di Yogya dan Solo sedang ditutup untuk umum pada waktu dilakukan
penelitian, (2) Keterbatasan waktu dan dana, misalnya naskah yang ada di Leiden
tidak mungkin dijangkau oleh karena itu dipilihlah KGB 185 sebagai dasar
penelitian dan naskah inilah yang disunting dan ditransliterasi, (3) Naskah itu
isinya lengkap dan utuh sehingga memungkinkan untuk menerapkan teori yang
diajukan Torodov.
Selamat mencoba menganalisis salah
satu naskah yang ada di perpustakaan daerah, atau nasional atau perguruan
tinggi yang ada di daerah Anda!
0 comment
Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin